Kamis 30 Apr 2020 09:51 WIB

Pandemi Corona, Petani Durian Banyuwangi Berjualan Online Hingga Papua

Masyarakat masih bisa mengkonsumsi buah durian segar bahkan langsung dari petaninya.

Rep: Vicky Rachman (swa.co.id)/ Red: Vicky Rachman (swa.co.id)
Durian. (Foto : Dok)
Durian. (Foto : Dok)

Agar para pecinta buah durian dapat tetap menikmati dan membeli buah tersebur selama masa pandemi Covid -19, Kementerian Pertanian membantu petani durian nusantara dalam melakukan inovasi untuk pengembangan dan pemasarannya. Menanggapi hal tersebut, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, Kementerian Pertanian, Yasid Taufik, menyampaikan pihaknya akan turut memfasilitasi petani agar bisa memasarkan produknya di masa-masa wabah pandemi virus corona ini.

Yasid, dalam keterangannya, mengatakan masyarakat masih bisa mengkonsumsi buah durian segar bahkan langsung dari petaninya. “Bisa lewat jalur media online, pasar tani maupun start-up yang telah bekerjasama dengan Kementerian Pertanian. Selain itu hilirisasi dalam bentuk olahan juga kita dorong,” ujar Yasid seperti dilansir SWA Online di Jakarta, Kamis, (30/4/2020).

Seperti halnya yang dilakukan oleh Solihin (46 tahun), petani sekaligus entrepreneur durian yang mengembangkan kebun agrowisata khusus durian di Dusun Pakis, Desa Songgon, Kecamatan Songgon Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Kebun koleksi durian yang dinamai Likin Durian Agrotourism, atau dikenal dengan Durian Garden Likin tersebut didesain sebagai tempat khusus untuk menikmati durian, dengan nuansa yang lebih alami. “Pengunjung bisa mendapatkan durian eksotik khas Banyuwangi langsung dari pohonnya dan menikmati dibawah pohonnya. Di kebun ada sekitar 31 pohon durian yang telah berusia di atas 50 tahun,” ujar dia.

Solihin mengatakan bahwa ketika pandemi Covid-19 ini kunjungan langsung wisatawan ke kebun duriannya mengalami penurunan tajam. Untuk mensiasatinya, Pak Likin, demikian sapaan akrab Solihin, memasarkan duriannya melalui layanan online delivery order atau pesan antar.

Yang dilakukan Likin selaras dengan arahan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, agar petani berinovasi memasarkan komoditas pertanian yang memanfaatkan teknologi informasi dengan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas komoditas yang dipasarkan. “Biasanya kalau kondisi normal per hari bisa datang 1.000 orang, sepi-sepinya ya 300 orang. Tapi gara-gara Covid-19 ini jauh berkurang lagi, hanya pengunjung lokal aja yang datang,” ujar Likin.

Tidak patah semangat, Likin mencoba menawarkan durian Banyuwangi melalui jejaring media seperti grup-grup WhatsApp dan media sosial. Respons pasar diakuinya cukup menggembirakan. “Tiap hari saya mengirimkan paket durian 100 hingga 200 kilogram ke berbagai daerah antara lain Jabodetabek, Sumatera, Kalimantan, Bandung bahkan sampai Papua,” ungkapnya.

Likin menjaga kualitas durian yang dijualnya sehingga tidak sembarangan memilih jasa pengiriman. “Durian yang saya jual rata-rata jatohan pohon. Sementara pengiriman hanya menggunakan jasa ekspedisi pesawat dari Bandara Blimbingsari Banyuwangi karena saya sangat mengutamakan kualitas. Paling pas kalau durian bisa dikonsumsi tidak lebih dari 6 jam abis panen,” terang Likin.

Diakui Likin, dengan strategi kontrol ketat mutu durian tersebut menjadikan harganya menjadi lebih mahal dibanding durian umumnya. “Memang harganya jadi sedikit lebih mahal, sebanding lah dengan kualitasnya,” tukasnya. Durian yang banyak tumbuh di kawasan lereng Gunung Raung tersebut memiliki banyak varian. Beberapa diantaranya endemik Banyuwangi, seperti durian merah, oranye, pelangi dan kuning serta varian durian lain yang telah tumbuh alami selama puluhan tahun.

Hal ini membuat cita rasa durian yang dihasilkan dari daerah Songgon berbeda dengan durian lainnya. Para penikmat durian hampir tak pernah melewatkan mencicipi durian saat berkunjung ke Banyuwangi. Uniknya lagi, selain durian segar, Pak Likin juga menyiapkan durian bakar khusus bagi pengunjung yang ingin mengurangi kandungan kolesterolnya.

Produksi Durian Melonjak

Sementara itu, Direktur Buah dan Florikultura Kementerian Pertanian, Liferdi Lukman saat menyatakan pihaknya akan terus berupaya membantu petani buah agar tetap eksis di saat pandemi Covid-19 ini. Menurutnya, saat ini permintaan buah-buahan secara umum mengalami peningkatan baik di dalam maupun luar negeri termasuk durian. “Setiap tahun kita alokasikan kegiatan pengembangan durian melalui APBN dengan konsep kawasan korporasi berskala ekonomi. Sejak 2006 sampai 2019 tidak kurang dari 6.400 hektar. Selain pengembangan kawasan produksi, Ditjen Hortikultura juga akan terus menata kebun-kebun yang sudah eksis," katanya.

Berdasarkan data statistik BPS, produksi durian nasional pada 2019 mencapai 1.169.802 ton atau naik 27.707 ton, naik 2.43% dibandingkan tahun 2018. Sentra durian nasional terbanyak di Jawa Timur dengan produksi 289.334 ton, disusul Jawa Tengah 172.939 ton, Jawa Barat 94.183 ton, Sumatera Utara 90.105 ton, Sumatera Barat 62.564 ton, Banten 46.436 ton dan Sulawesi Selatan 45.729 ton. Khusus untuk Kabupaten Banyuwangi sentra durian banyak ditemukan di Kecamatan Songgon, Kalipuro, Giri, Glagah dan Sempu dengan produksi sekitar 2.280 ton setahun. Hampir sepanjang tahun ada panen durian walapun dalam jumlah sedikit, namun panen raya biasanya terjadi pada Februari hingga April.

www.swa.co.id

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan swa.co.id. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab swa.co.id.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement