REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe akan berkonsultasi dengan para ahli penyakit menular terkait untuk mengevaluasi penerapan darurat nasional, sebagai langkah mencegah penyebaran pandemi virus corona.
Abe mendeklarasikan keadaan darurat nasional pada 16 April hingga 6 Mei, dan media setempat melaporkan bahwa status tersebut kemungkinan akan diperpanjang satu bulan lagi.
"Kami ingin berkonsultasi dengan para analis dan meminta pandangan para ahli," ujar Abe.
Meski telah menerapkan status darurat, ada kekhawatiran bahwa penyebaran virus corona di Jepang kemungkinan masih tinggi. Tokyo mengkonfirmasi 47 kasus baru pada Rabu. Dengan demikian, jumlah kasus infeksi virus corona secara nasional mencapai 13.929 dengan 415 kematian.
Angka tersebut memang lebih rendah dibandingkan dengan jumlah kasus di Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Namun, jumlah kasus infeksi virus corona di Jepang kemungkinan dapat meningkat, karena tingkat pengujiannya masih rendah. Hingga kini, Jepang telah melakukan 1,3 uji virus corona per 1.000 orang. Jumlah tersebut terbilang rendah dibandingkan dengan 12 uji virus corona per 1.000 di Korea Selatan dan 18 uji virus corona per 1.000 orang di AS.
"Jepang seharusnya bertindak lebih cepat. Jika situasi ini berlanjut untuk jangka waktu yang lebih lama, maka bukan hanya sistem kesehatan saja yang menderita namun ekonomi juga akan lebih menderita," ujar Direktur Institute of Population Health di King’s College, London, Kenji Shibuya.
Otoritas kesehatan Jepang mengatakan, mereka telah mengikuti pedoman Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait pengujian virus korona. Menurut otoritas kesehatan, perluasan pengujian dapat membanjiri rumah sakit yang sudah kewalahan dengan kasus-kasus ringan.
Harian Nikkei mengatakan, pemerintah berencana untuk memperpanjang darurat nasional sekitar satu bulan. Keputusan akhir mengenai perpanjangan status darurat akan dibuat setelah pertemuan Abe dengan para ahli pada Jumat esok. Gubernur Tokyo, Yuriko Koike meminta kabinet Abe untuk memperpanjang status darurat nasional karena situasi semakin sulit.
Perpanjangan status darurat dapat membuat perekonomian Jepang terpukul. Selain itu, para pengguna media sosial di Jepang mulai gusar dan frustasi karena mereka harus tinggal di rumah dalam jangka waktu lama. Jepang telah meluncurkan stimulus ekonomi sebesar 1 triliun dolar AS untuk menopang perekonomian selama pandemi virus corona.