Jumat 01 May 2020 16:23 WIB

Afrika Waspadai Peningkatan Buruh Anak di Tengah Corona

Pekerja anak masih menjadi masalah di sektor perkebunan kakao di negara Afrika Barat.

Permasalahan buruh anak di negara Afrika.
Foto: ruthostrow.com
Permasalahan buruh anak di negara Afrika.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pantai Gading dan Ghana harus waspada terhadap lonjakan pekerja anak di tengah pandemi corona saat sekolah ditutup dan pengawas tidak dapat mengakses desa di musim panen kakao. Kedua negara Afrika Barat itu menghasilkan sekitar 65 persen kakao dunia dan pekerja anak telah menjadi masalah lama di sektor ini.

Meskipun ada janji dari perusahaan cokelat, termasuk Nestle dan Hershey, untuk menguranginya. Fairtrade Afrika mengatakan telah menerima laporan tentang kemungkinan kasus pekerja anak di kawasan Pantai Gading bagian timur dan barat dalam beberapa pekan terakhir dan menyampaikan informasi itu kepada pemerintah.

Baca Juga

Juru bicara pemerintah untuk Pantai Gading dan Ghana belum dapat dihubungi untuk memberikan komentar. "Dalam keadaan normal, anak-anak sudah rentan, dan sekarang mereka tidak pergi ke sekolah," kata Anne-Marie Yao, manajer kakao regional untuk Fairtrade Afrika.

"Kami tidak memiliki akses ke desa-desa itu, kami tidak tahu persis apa yang terjadi, dan kami tahu bahwa ini adalah periode panen pertengahan musim," katanya kepada Thomson Reuters Foundation.

Mereka tidak memiliki staf di lapangan karena pandemi, dan tempat penampungan anak-anak yang diselamatkan ditutup, tambahnya.

Lebih dari dua juta anak bekerja di sektor kakao di Ghana dan Pantai Gading. Jumlah itu meningkat dari 10 tahun yang lalu, menurut rancangan laporan yang disponsori pemerintah Amerika Serikat dan dilihat oleh Reuters bulan ini.

Beberapa anak bekerja untuk orang tua mereka sementara yang lain diperdagangkan dari luar negeri, menurut para pegiat. "Kami belum melihat bukti bahwa jumlah pekerja anak telah meningkat, tetapi ini masih dini," kata Nick Weatherill, direktur eksekutif dari International Cocoa Initiative, sebuah yayasan berbasis di Swiss yang berupaya menghapuskan pekerja anak.

"Jika situasi saat ini terus berlanjut, peningkatan kasus pekerja anak sangat mungkin terjadi," ia menambahkan.

Tindakan awal seperti bantuan transfer tunai ke rumah tangga dapat membantu, kata Weatherill, karena kerugian ekonomi akibat pandemi juga akan menjadi faktor risiko yang memaksa anak-anak untuk bekerja.

Para guru sering kali menjadi yang pertama menemukan pelanggaran pada anak, kata Yao. Ia menyarankan negara agar dapat menginstruksikan guruuntuk tetap berhubungan dengan siswa mereka dan tidak semua meninggalkan masyarakat.

Komite antiperdagangan manusia nasional Pantai Gading mengeluarkan pernyataan minggu lalu untuk mengingatkan orang tua bahwa mempekerjakan anak-anak adalah tindakan yang melanggar hukum.

"Musim panen dan penutupan sekolah tidak boleh menjadi alasan untuk melanggar hak anak-anak," kata ibu negara Pantai Gading Dominique Ouattara, yang memimpin komite itu.

sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement