REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Badan Anti-Doping Dunia (WADA) mengumumkan telah selesai melakukan penyelidikan terhadap 298 atlet Rusia terkait dengan dugaan penggunaan doping, Kamis (30/4). Hasil dari penyelidikan akan diserahkan kepada 28 Organisasi Anto-Doping (ADO) untuk ditindaklanjuti lebih lanjut.
Penyelidikan yang dilakukan Komite Intelijen dan Investigasi WADA dengan kode “Operation LIMS” melakukan penyelidikan terhadap laboratorium obat terlarang di Moskow.
Operasi tersebut dilakukan karena pejabat antidoping Rusia gagal menyerahkan salinan database dari laboratorium tersebut untuk memenuhi target yang ditentukan WADA. Mereka bahkan diduga merusak data tersebut. Sehingga pada 9 Desember 2019, Komite Eksekutif WADA dengan suara bulat memilih menghapus Badan Anti-Doping Rusia. Rusia juga tak mempunyai hak menjadi tuan rumah acara olahraga besar selama empat tahun.
Paket investigasi sebanyak 298 kasus tersebut kini sedang di tangan 28 ADO, termasuk 27 federasi Internasional dan satu organisasi acara besar. Federasi Internasional harus memutuskan dalam setiap kasus apakah akan mendalami pelanggaran Aturan Anti-Doping terhadap atlet terlibat.
Presiden Wada, Witold Banka mengatakan, dari 298 kasus tersebut, 153 kasus tidak terpengaruh oleh dugaan manipulasi data doping. Pengawasan doping dunia akan membahas fakta yang ditemukan dengan masing-masing ADO serta akan meninjau keputusan yang dikeluarkannya. Bahkan akan mengajukan banding jika diperlukan.
"Ini adalah penyelidikan paling kompleks dalam sejarah anti-doping dan tim investigasi WADA telah melakukan pekerjaan yang luar biasa," kata Banka dalam sebuah pernyataan, dilansir dari cgtn, Jumat (1/5).
Banka mengeklaim kasus doping ini menyita waktu dan sumber daya yang dimiliki WADA selama lima tahun terakhir. Tim investigasi berada di garis terdepan dalam mengungkap skandal ini. Menurut dia, jalan masih panjang untuk mengungkap kasus ini terang benderang.
Setelah sanksi yang dikenakan WADA kepada olahraga Rusia pada 9 Desember 2019, Komite Investigasi Rusia mengatakan semua materi yang diserahkan ke WADA mengenai tes narkoba atlet bertentangan dengan tekad WADA.
Pihak berwenang Rusia mengeklaim bahwa database itu sengaja diakses dan diubah oleh Grigory Rodchenkov, yang sebelumnya memimpin laboratorium Moskow sebagai bagian dari konspirasi kriminal.
"Penyelidikan melakukan pemeriksaan forensik komputer-teknis yang komprehensif dari salinan file elektronik yang ditransfer, yang hasilnya membuat kesimpulan tentang keasliannya, serta tidak adanya distorsi struktur file asli dari hasil tes atlet Rusia," ujar juru bicara Komite Investigasi, Svetlana Petrenko pada 21 Desember.
Atas kasus ini, Rusia sedang dalam proses banding kepada Pengadilan Arbitrasi Olahraga Internasional terhadap larangan atletnya turun di acara-acara olahraga Internasional.