Sabtu 02 May 2020 12:19 WIB

Lima Hal Ini Membuat Manusia Tertipu Kesenangan Semu

Jika ingin mendapatkan kebahagian abadi di akhirat, maka tinggalkanlah lima hal ini.

Rep: Ali Yusuf/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah umat muslim bertadarus Alquran di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.
Foto: Antara/Aji Styawan
Sejumlah umat muslim bertadarus Alquran di Masjid Nabawi, Madinah, Arab Saudi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengatakan, Alquran telah merinci bahwa terdapat lima hal utama yang dapat menjadikan manusia larut dalam kesenangan dunia. Jika ingin mendapatkan kebahagian abadi di akhirat, maka tinggalkanlah lima hal ini. 

Kata Ustaz Adi, lima hal yang dapat menjadikan manusia larut dalam kesenangan dunia adalah: Pertama, la'ib, (permainan). Menurutnya, ketika kita melakukan permainan yang disenangi seperti bermain sepeda, bermain bola, dan bermain bulu tangkis, akan meras bahagia. Namun, itu semua hanyalah sementara karena terikat dengan sifat dunia yang semu.

"Karena itu, tidaklah mengherankan bila permainan telah usai, maka hilanglah kebahagiaan," katanya.

Kedua lahw, kesibukan yang melalaikan. Ustaz Adi mengajak, kita memperhatikan aktivitas orang-orang di sekitar kita. Katanya, di antara mereka ada yang larut dalam kesibukan demi berlomba meraih pencapaian semu dunia. Ada yang sibuk bekerja di kantor, transaksi di pasar, belajar di kampus, hingga berjejalan di pelataran jalan-jalanan. 

"Uniknya seluruh kesibukan ini dikatakan dapat membuat sebagian kalangan justru merasa bahagia hingga lalai meniti surga," katanya.

Ketiga, zinah, (perhiasan). Menurutnya, segala yang menyajikan keindahan tampilan, umumnya menghadirkan rasa bahagia sesaat kala mendapatinya. Misalnya saat mengenakan pakaian baru, mendapati jam baru, maka akan terasa bahagia. Demikian juga bagi perempuan yang mengenakan kalung baru, cincin baru, juga gelang baru tentu bahagia. 

"Namun semua semuanya hanyalah aksesoris kehidupan dunia. Saat itu melekat, maka terasa membahagiakan, begitu hilang maka putuslah kebahagian. Tidak abadi," katanya.

Keempat, tafakhur (saling berbangga). Menurutnya, jenis tafakhur bermacam-macam. Terkadang nampak pada peningkatan status sosial atau bahkan pengetahuan.

Kedudukan, promosi jabatan membuat orang bahagia titik Selain penghormatan dan penghargaan juga mendapat fasilitas yang tidak diraih sebelumnya. Semula menggunakan motor segala sekarang berganti mobil. Makan pintunya pun dibuka kan orang lain.

"Saat masa purna itu tiba, maka kebahagiaan pun mulai menuju senja lantas sirna. Tidak sedikit di antara pendamba kedudukan mengalami post fower syndrome demi mengenang masa kebahagiaan semua itu," katanya.

Kelima, takatsur fil amwal wal-aulad (memperbanyak harta dan keturunan). Pada bagian terakhir ini, kata Ustaz Adi Hidayat, yang paling menjadikan manusia larut dalam kesenangan semu dunia ialah berlomba memperbanyak harta dan keturunan. Para pengusaha larut dalam kebahagiaan saat omzet mulai meningkat, keuntungan datang.

Perkumpulan pun mulai dibuat untuk berlomba meningkatkan harta dan kenikmatan semu dunia. "Namun ketika mengalami kerugian maka mulai datang rasa gelisah. Terlebih saat omset menurun, terlambat membayar tagihan, kebahagiaan pun sirna," katanya.

Demikian pula, kata Ustaz Adi, dengan keturunan. Ada rasa bahagia saat putera mulai terlahir, tumbuh, hingga bermain dengan anak tetangga. Perbincangan tentang anak seringkali menyajikan kesenangan dan harapan untuk menambah jumlah pada pada saat itulah ada rasa kebahagiaan. 

Namun, itu hanya sementara. Akan tiba saatnya, kata Ustaz Adi, kala ajal datang menjemput dan mengikis kebahagiaan dunia yang telah larut. Di situlah orang tua sadar bahwa anak adalah titipan akan kembali kepada pemiliknya.

Sejatinya semua hal yang di atas hanyalah kebahagiaan semu. Jika kita merasa senang dengan urusan dunia maka itu sementara karena ketika hilang dari kita maka berkuranglah kebahagiaan.

"Di sinilah kita temukan bahwa kebahagiaan sejati hanyalah terakhir di akhirat, kebahagian yang sifatnya luas tanpa batas, melekat abadi, pada setiap aktivitas," katanya.

Pada pesan terakhirnya, Ustaz Adi menyampaikan hadis Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pernah menyampaikan. "Allah azza wa jalla berfirman, "Aku telah menyediakan bagi hamba-hambaku yang saleh kenikmatan yang belum pernah mata melihatnya, belum pernah telinga mendengarnya, dan belum pernah pula terbetik dalam kalbu manusia."

"Demikian puncak kenikmatan surga yang tidak pernah dipandang sebelumnya, tidak pernah dengar kisahnya atau sekedar terlintas dalam fikiran. Berbagai limpahan nikmat yang begitu membahagiakan," katanya.

Amat lah jauh, kata Ustaz Adi, dengan kenikmatan semu dunia. Sungguh indah ungkapan Alquran yang melukiskan nikmat dunia layaknya siklus tanaman. Begitu indah kala menguning, lantas tunduk melayu dan gugur, lalu hancur. Wamal hayatud dunya illa mata'ul ghurur.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement