Senin 04 May 2020 11:13 WIB

Pembangunan Jembatan Pulau Balang akan Selesai Sesuai Target

Proyek jembatan tetap berjalan dengan menerapkan protokol kesehatan Covid-19.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Friska Yolandha
Ilustrasi jembatan Bailey (jembatan darurat). PT Hutama Karya (Persero) memastikan pembangunan jembatan Pulau Balang dapat selesai tepat waktu meski saat ini tengah dalam kondisi pandemi Covid-19.
Foto: ANTARA/Anis Efizudin
Ilustrasi jembatan Bailey (jembatan darurat). PT Hutama Karya (Persero) memastikan pembangunan jembatan Pulau Balang dapat selesai tepat waktu meski saat ini tengah dalam kondisi pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Hutama Karya (Persero) memastikan pembangunan jembatan Pulau Balang dapat selesai tepat waktu meski saat ini tengah dalam kondisi pandemi Covid-19. Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menargetkan proyek pendukung Ibu Kota Negara (IKN) baru tersebut selesai lebih capat pada pada akhir 2020.

Kepala Proyek Jembatan Pulau Balang Dhono Nugroho mengakui untuk mencapai target di tengah pandemi Covid-19 cukup sulit. Hanya saja, Dhono memastikan jembatan yang akan menghubungkan Balikpapan dengan Penajam Paser Utara tetap bisa diselesaikan pada akhir 2020.

“Saat ini kami di proyek tetap bekerja dengan menerapkan protokol pembatasan penyebaran Covid-19 secara ketat sesuai aturan pemerintah dan perusahaan. Harapannya pembangunan tetap bisa terus berproges meski sedikit terhambat,” kata Dhono, Senin (4/5).

Dhono menjelaskan hingga April 2020, progres pembangunan proyek tersebut mencapai 76,581 persen. Dari segi fisik, kata dia, pekerjaan tiang jembatan dapat dikatakan sudah mencapai 95 persen.

Dia menuturkan, terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi dalam pembangunan proyek tersebut. “Tantangan terbesar yang dialami adalah pada saat pekerjaan pondasi, kondisi seabed yang berupa batuan menyebabkan proses pemasangan casing jauh lebih lama dari yang diperkirakan,” ujar Dhono.

Selain itu, dari sisi aspek sosial, Dhono mengatakan status lahan yang belum bebas juga cukup berdampak pada kelancaran pekerjaan di lapangan. Meskipun begitu, Dhono mengaku sudah bekerja sama yang baik dan koordinasi bersama para pemangku kepentingan dalam proyek sehingga permasalahan yang muncul pada akhirnya dapat diselesaikan.

Dia memastikan, tim proyek Jembatan Pulau Balang juga menggandeng sejumlah elemen lokal, baik perusahaan maupun tenaga kerja. Hal tersebut dilakukan dengan harapan memberikan dampak positif bagi area di sekitar proyek.

“Semoga dengan munculnya ikon baru yaitu jembatan pulau balang dapat meningkatkan perekonomian wilayah Gersik, Riko, PPU, dan Tempadung, serta menjadi suatu monumen pengingat hasil keringat dan pengorbanan anak bangsa yang telah berusaha keras dalam mewujudkan monumen berteknologi tinggi ini,” ungkap Dhono.

Jembatan sepanjang 804 meter dek utama dan 167 meter dibangun oleh Hutama Karya selaku kontraktor yang melakukan Kerja Sama Operasi (KSO) dengan PT Adhi Karya (Persero) Tbk dan PT Bangun Cipta Konstruksi. Jembatan Pulau Balang akan menjadi jembatan terpanjang kedua di Indonesia setelah Jembatan Suramadu yang juga dibangun oleh Hutama Karya.

Jarak tempuh dari Balikpapan ke Penajam yang sebelumnya mencapai lima jam melalui jalur laut akan jauh lebih singkat yaitu menjadi satu jam saja lewat darat melalui Balikpapan - Kariangau – Jembatan Pulau Balang - Simpang Gersik - Penajam. Hal tersebut akan memudahkan masyarakat umum dan pengusaha dalam melakukan perjalanan atau distribusi logistik.

Selain menjadi askes darat utama menuju lokasi IKN baru, Jembatan Pulau Balang juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah di Kalimantan Utara dan sekitarnya. Transportasi dari Pelabuhan Peti Kemas Karingau Balikpapan akan semakin lancar sehingga akan mengembangkan Kawasan Industri Karingau (KIK).

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement