REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah dan Pertamina kompak tak turunkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) setelah harga minya dunia anjlok. Anggota Komisi VII DPR Mulyanto menilai Pemerintah tidak sensitif melihat penderitaan masyarakat karena membiarkan harga BBM tetap tinggi di tengah pandemi dan di saat harga minyak dunia anjlok.
"Alasan Pemerintah mempertahankan harga jual BBM karena di Januari dan Februari 2020 sudah menurunkan harga sangat tidak masuk akal. Karena faktanya harga minyak dunia terus turun hingga sekarang. Bukan hanya di Januari dan Februari tapi berlanjut hingga akhir April 2020. Bahkan semakin menurun tajam," kata Mulyanto dalam rapat kerja secara daring dengan Menteri ESDM, Senin (4/5).
Selain itu, klaim harga BBM relatif murah dibanding harga BBM negara ASEAN lain menurutnya juga tidak tepat. Sebab harga BBM dalam negeri hanya lebih murah dari Singapura dan Laos saja. Sementara dibandingkan dengan negara ASEAN lain, harga BBM di Indonesia masih lebih mahal.
Mulyanto membandingkan harga BBM Ron 95 yang oleh Pertamina dijual seharga Rp 9.650 per liter, di Malaysia dijual hanya dengan Rp 4.299 per liter. Sedangkan di Myanmar dibanderol Rp 4.056 per liter.
Harga solar CN15. di Indonesia dijual Rp 10.200 per liter, sedangkan di Malaysia hanya Rp 4.815 per liter dan di Myanmar hanya Rp 4.610 per liter.
"Melihat perkembangan harga minyak dunia sekarang sudah sepantasnya Indonesia menurunkan harga BBM untuk yang ke-3 kalinya. Permintaan ini sangat wajar dan obyektif karena negara lain di ASEAN sudah melakukan penyesuaian harga seiring perubahan harga minyak dunia. Tidak ada alasan untuk tetap mempertahankan harga bbm seperti sekarang ini atau gunakan strategi wait and see hingga Juni 2020. Karena akan menimbulkan spekulasi di tengah masyarakat," ungkap Wakil Ketua Fraksi PKS DPR tersebut.
Sebelumnya pemerintah memastikan tidak akan ada penurunan harga BBM hingga Mei. Menteri ESDM, Arifin Tasrif mengatakan keputusan ini diambil sebab mengingat anjloknya harga minyak merupakan dampak dari perang dagang. Sedangkan negara yang melakukan perang dagang menunjukan titik terang yang berpotensi membuat harga minyak mentah kembali rebound.
"Melihat kondisi global. Kami memutuskan masih mempertahankan harga BBM," ujar Arifin dalam Rapat Daring bersama Komisi VII DPR RI, Senin (4/5).