Sabtu 09 May 2020 13:46 WIB

Komet Swan Diprediksi Bisa Dilihat dengan Mata Telanjang

Komet Swan melakukan pendekatan terdekat ke Bumi pada jarak 52 juta mil pada 12 Mei.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Observatorium Astronomi Itera Lampung  berhasil mengabadikan kemunculan Komet C/2020 F8 (Swan) dalam pengamatan teleskop Lunt Engineering 80 ED, jenis refraktor doublet akromatik pada Rabu (6/5) pukul 04.55.
Foto: dok. Humas Itera
Observatorium Astronomi Itera Lampung berhasil mengabadikan kemunculan Komet C/2020 F8 (Swan) dalam pengamatan teleskop Lunt Engineering 80 ED, jenis refraktor doublet akromatik pada Rabu (6/5) pukul 04.55.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat komet tanpa bantuan optik jarang terjadi, tetapi selama Mei dan Juni, orang-orang mungkin akan merasakan pengalaman sekali seumur hidup untuk melihat benda langit tersebut. Komet tersebut adalah komet Swan

Dalam kasus komet Swan, coma bercahaya hijau dan ekor ion biru, semuanya berwarna karena berbagai bahan kimia dalam gas dilepaskan. Komet akan melakukan pendekatan terdekat ke Bumi pada jarak 52 juta mil pada 12 Mei.

Baca Juga

Kemudian pada 27 Mei, komet tersebut akan mencapai perihelio atau pendekatan terdekatnya ke matahari. Perilaku komet terkenal sulit diprediksi, tetapi komet Swan terlihat cerah secara signifikan di lebih banyak garis lintang selatan.

Ada peluang untuk melihat komet Swan di langit pagi sekitar pertengahan bulan, tetapi peluang terbaik adalah pekan terakhir Mei dan pekan pertama Juni, ketika komet akan tampak rendah di bagian barat laut dari langit malam. Komet itu akan terus naik menuju bintang terang Capella di rasi bintang Auriga.

Setelah komet Atlas hancur, Komet Swan mungkin saja bisa dilihat dengan mata telanjang. Komet Swan ditemukan pada 11 April 2020 oleh Michael Mattiazzo dari Australia. Mattiazo, seorang astronom amatir, sedang menganalisis data dari Solar and Heliospheric Observatory (SOHO) NASA dan khususnya gambar yang diambil dari kamera SWAN (Solar Wind Anistropies instrument), ketika ia melihat komet itu pada gambar yang diambil oleh kamera pada 25 Maret 2020.

Kebanyakan komet memilik komposisi es dan batu, dengan es yang membentuk persentase terbesar. Seperti yang dilansir dari South Wales Argus, Sabtu (9/5), saat tubuh mendekati matahari, es menghangat dan meleleh untuk menghasilkan ‘coma’, pembungkus gas yang tidak jelas, dengan ekor yang dihasilkan sebagai bahan di dalam komet menguap dan mengalir keluar setelahnya.

Dua komet yang bisa dilihat dengan mata telanjang terakhir adalah komet Hyakute, yang melakukan pendekatan terakhir ke Bumi pada Maret 1996. Komet Hale-Bopp, yang dijuluki komet besar 1997, juga terlihat oleh mata telanjang selama sekitar 18 bulan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement