REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Baru-baru ini, Sumatera Barat (Sumbar) dikabarkan menggelar pool test Covid-19 untuk sejumlah kabupaten. Menurut akun Facebook Catatan Dahlan Iskan, adalah Andani Eka Putraa, seorang dokter dan Kepala Laboratorium Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi, Universitas Andalas, Padang, yang mengusulkan ide tersebut. Andani juga disebut sebagai kepercayaan Gubernur Sumbar, Prof. Dr. Irwan Prayitno.
Ahli Genetika Molekuler, dr.Teguh Haryo Sasongko, Ph.D mengaku, turut mengomentari inisiatif itu melalui laman Facebook tersebut. Kepada Republika, Teguh menyampaikan, pendapat bahwa pool test merupakan perkembangan bagus, akan tetapi tetap ada kekhawatiran.
"Ini perkembangan bagus tetapi mengkhawatirkan. Saya berikan komen saya di facebook page Pak Dahlan. Walaupun ini terobosan yang bagus sekali, metode pool test ini bukan metode standard," kata Teguh.
Menurut Teguh, dengan pooling sample pasti terjadi dilusi dan risikonya false negatif atau sesungguhnya positif tapi terdeteksi sebagai negatif Covid-19. Lebih lanjut Teguh menyebutkan bahwa metode ini bagus tapi perlu dibandingkan dulu sensitivitasnya dengan metode standard RT-PCR.
Jika sama sensitifnya, baru bisa dipertimbangkan untuk digunakan secara rutin. Dalam situasi pandemik seperti sekarang ini risiko false negatif sangat berbahaya.
"Karena berarti kita kehilangan lacak dengan kasus-kasus positif," ujar Prof. Teguh.
Sebelumnya Sumbar dilaporkan memiliki kasus Covid-19 terbanyak di Sumatera, yaitu 196. Pool test yang dilakukan di sana prinsipnya sama dengan ide insinyur ITB, Hafidz Ary Nurhadi. Hanya, dr Andani melakukan dengan teori dan penemuannya sendiri, yakni melakukan tes di daerah yang belum ditemukan penderita Covid-19.
Apabila hasilnya negatif, lima kabupaten di sana bisa dibebaskan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Artinya, sekolah atau industri dan bisnis diperbolehkan beroperasi kembali. Begitu juga saat Ramadhan sekarang, orang di sana bisa beribadah tarawih atau jumatan berjamaah kembali di masjid.