Senin 11 May 2020 05:16 WIB

Inggris Tetapkan Sistem Peringatan Terbaru Covid-19

Inggris siapkan lima tingkat jenis peringatan publik terkait Covid-19.

Rep: Puti Almas/ Red: Indira Rezkisari
Istana Buckingham di London, Inggris, Ahad (10/5), akan tetap ditutup sepanjang musim panas meski pemerintah Inggris sudah akan melakukan pencabutan pembatasan perekonomian akibat Covid-19.
Foto: EPA
Istana Buckingham di London, Inggris, Ahad (10/5), akan tetap ditutup sepanjang musim panas meski pemerintah Inggris sudah akan melakukan pencabutan pembatasan perekonomian akibat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan akan ada sistem peringatan lebih lanjut terkait virus corona jenis baru (Covid-19) yang diberikan kepada publik. Langkah ini ditetapkan menyusul rencana pencabutan pembatasan perekonomian yang dilakukan secara bertahap.

Ada lima tingkat jenis peringatan yang diberikan pada publik terkait Covid-19. Pertama adalah green (hijau) yang berarti kondisi dan situasi telah mulai dapat berjalan normal, hingga yang kelima atau tertinggi adalah red (merah) yang mengartikan masih berbahaya.

Baca Juga

Inggris saat ini berada dalam level empat menuju tiga, yang mengindikasikan tingkat infeksi virus corona jenis baru saat ini tidak meningkat secara signifikan. Meski demikian, Johnson mengatakan semua orang tetap harus waspada, serta pengendalian virus secara ketat tetap dilakukan.

“Kami akan mengambil keputusan yang terus menyelamatkan jiwa dan melindungi NHS, melanjutkan dengan kehati-hatian dan persyaratan maksimum,” ujar Johnson dalam sebuah pernyataan, dilansir Stripes, Senin (11/5).

Johnson mendesak orang-orang yang bekerja, serta memiliki bisnis untuk tetap waspada dengan mengikuti aturan social distancing (jarak sosial) yang diberlakukan. Sebuah sumber mengatakan aturan pembatasan seharusnya tidak diubah secara signifikan hingga Juni mendatang untuk mencegah wabah Covid-19 berlanjut.

Pemerintah Inggris juga akan mengumumkan langkah-langkah yang telah lama ditunggu terhadap para pendatang ke negara itu. Wisatawan, termasuk warga yang kembali dari luar negeri, akan diberitahu untuk melakukan isolasi diri selama 14 hari sebagai bagian dari rencana pemerintah untuk mencoba menghindari puncak kedua dari virus corona jenis baru.

Aturan baru, yang akan dimulai bulan depan, akan memaksa para pelancong untuk menyatakan di mana mereka berencana untuk tinggal sementara mereka berada di ruang isolasi. Siapa pun yang melanggar aturan akan menghadapi hukuman denda hingga 1.000 poundsterling atau kemungkinan deportasi.

Langkah-langkah tersebut kemungkinan akan meningkatkan kritik bahwa Pemerintah Inggris bereaksi lambat untuk mengatasi wabah Covid-19. Sejauh ini, tercatat lebih dari 31.000 orang di negara itu meninggal akibat terinfeksi virus corona jenis baru dan merupakan yang tertinggi di Eropa.

Bahkan pada akhir Maret, terdapat anggota parlemen yang bertanya mengapa Pemerintah Inggris tidak menetapkan rencana untuk memantau orang-orang yang tiba di bandara dan pelabuhan negara dengan lebih ketat. Langkah-langkah itu memberi para pelancong alasan lain untuk berpikir dua kali sebelum melakukan perjalanan dan mungkin akan mengakhiri rencana banyak orang di Inggris untuk berlibur ke luar negeri pada musim panas ini.

British Airways, salah satu maskapai Inggris yang tersibuk di dunia dengan sekitar 80,9 juta penumpang per tahun telah memangkas 12.000 pekerja sebagai dampak kerugian dari pandemi Covid-19. Sementara itu, Virgin Atlantic Airways Ltd. dilaporkan tengah berupaya keras mencegah kebangkrutan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement