REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tren penambahan kasus konfirmasi positif Covid-19 secara nasional masih menunjukkan peningkatan. Namun ada pola di setiap daerah bisa berbeda-beda. DKI Jakarta misalnya, sebagai provinsi yang menjalankan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) pertama kali pada 10 April lalu, menunjukkan penurunan tren penambahan kasus.
Dilihat pada data yang dirilis pemerintah pada 10 April 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di DKI Jakarta berkontribusi terhadap 49,9 persen atau separuh dari seluruh kasus positif di Indonesia. Sebulan kemudian, pada 10 Mei 2020, porsi kasus positif di Jakarta terhadap keseluruhan kasus nasional menurun menjadi 36,9 persen.
Berbeda halnya dengan ibu kota, penambahan kasus di daerah justru menunjukkan peningkatan. Di Jawa Timur misalnya, pada 10 April 2020 lalu porsi jumlah kasus positif di provinsi tersebut terhadap jumlah kasus nasional sebesar 7,2 persen. Sebulan setelahnya, pada 10 Mei 2020, porsi kasus positif Covid-19 di Jatim terhadap jumlah kasus nasional naik menjadi 10,7 persen.
Hal serupa juga terjadi di Sumatra Barat. Pada 10 April 2020, porsi kasus positif di Sumbar terhadap jumlah kasus nasional hanya 0,8 persen dengan 31 kasus positif saat itu. Namun pada 10 Mei 2020, jumlah kasus positif di Tanah Minang mencapai 299 orang dengan porsi 2,1 persen terhadap keseluruhan kasus nasional.
Pemerintah tidak memberi penjelasan alasan utama di balik penambahan kasus di daerah yang cukup signifikan. Namun perlu diingat bahwa laju pergerakan masyarakat dari ibu kota menuju daerah sempat terjadi sebelum pembatasan transportasi diberlakukan.
Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Doni Monardo mengakui, Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan peningkatan kasus positif yang cukup signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Pihaknya pun sudah meminta Presiden Jokowi untuk melibatkan unsur TNI-Polri dalam membantu gugus tugas di daerah dalam upaya penanganan Covid-19 di daerah.
"Sehingga diharapkan kehadiran unsur marinir di tengah masyarakat bisa mengajak masyarakat. Dan tidak perlu sampai ada langkah penegakan hukum yang berlebihan," jelas Doni usai mengikuti rapat terbatas dengan Presiden Jokowi, Senin (11/5).
Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menambahkan, secara umum kurva penambahan kasus positif secara nasional memang mulai menunjukkan perlambatan secara mingguan. Ia mengingatkan bahwa kurva penambahan kasus ini harus dilihat secara mingguan, bukan harian, untuk menunjukkan tren yang lebih jelas.
"Dilihatnya laju kasusnya ini berdasarkan kasus mingguan, dari 10 provinsi terbanyak di Indonesia. Memang sempat di April meningkat, sempat melandai sedikit. Jadi sebenarnya yang dimaksud kurva melandai ini adalah sebuah tren yang dilihatnya tak bisa harian namun mingguan," ujar Wiku.
Wiku menyebutkan, apabila tren mingguannya terus menurun secara konsisten, maka itulah yang disebut kurva penambahan kasus positif mulai melandai. "Kurvanya tidak melandai, namun konteks laju penambahannya yang menurun. Otomatis jumlah kumulatif stagnan dan landai," katanya.
Kondisi penambahan kasus di setiap daerah pun masih dinamis. Wiku menyebutkan, DKI Jakarta justru menunjukkan penambahan kasus yang masih fluktuatif dengan kenaikan dan penurunan yang terus berubah-ubah. Menurutnya, kenaikan kasus secara signifikan di DKI Jakarta disebabkan jangkauan pemeriksaan spesimen yang semakin meluas.
"Lalu Jawa Barat, sempat menurun bagus, namun naik lagi sepekan lalu. Ini harusnya menjadi alat navigasi. Satu data penting sekali untuk tunjukkan tren. Dan kalau beberapa aktivitas ekonomi dibuka, dasarnya harus melihat per daerah bukan hanya nasional. Itu konteksnya dari kurva melandai," kata Wiku.