Selasa 12 May 2020 22:05 WIB

Agar Bangsa tak Meniru Rumah Laba-laba

Rumah atau sarang laba-laba rapuh juga disebabkan para penghuninya yang tak harmonis

Ilustrasi sarang laba-laba
Foto: pxhere
Ilustrasi sarang laba-laba

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Alquran surah Al-Ankabut ayat 41, ditegaskan "bahwa rumah yang paling rapuh adalah rumah laba-laba." Ayat ini menggambarkan fakta yang ada.

Ketahuilah, sarang laba-laba disebut rapuh setidaknya dengan tiga alasan. Pertama, sarangnya menjadi perangkap. Serangga yang masuk akan menjadi mangsa. Kedua, dari sisi penghuninya. Laba-laba betina akan berupaya membunuh pejantan begitu keduanya selesai hubungan seks. Ketiga, kompetisi saling meniadakan juga terjadi pada anak-anak. Telur laba-laba yang baru menetas akan saling tindih sehingga menimbulkan korban.

Baca Juga

Dalam perkataan lain, sarang laba-laba dinilai sebagai rumah yang paling rapuh karena tidak adanya jaminan keamanan di sana. Tidak akurnya antara para pemimpin rumah. Antara anak-anaknya pun tidak harmonis.

Renungan ini berlaku tak hanya untuk keluarga, melainkan juga kehidupan berbangsa. Sebuah rumah tangga yang tidak aman, yang kepala keluarganya tidak rukun, yang anak-anaknya kacau balau merupakan rumah tangga yang rapuh. Suatu bangsa yang senantiasa dilanda ketakutan karena tidak ada jaminan keamanan.

Para elite pemimpinnya tidak hanya "tak sehati", melainkan juga berupaya saling menjatuhkan. Sebagian rakyatnya menjadi korban atas kelompok rakyat yang lain. Ini adalah bangsa yang rapuh. Oleh karena itu, bangsa tidak boleh dibiarkan seperti rumah laba-laba yang rapuh.

Untuk mewujudkan sebuah bangsa yang kuat memang sangat diperlukan jaminan keamanan. Para pemimpin pun mesti akur satu sama lain. Rakyat pun akan menyaksikan mereka dengan penuh respek, dana dapat hidup rukun serta damai.

Ekonomi dan keuangan memang suatu yang mutlak, tetapi pertumbuhan ekonomi sangat dipengaruhi oleh jaminan keamanan, kredibilitas pemimpin, persatuan, dan kesatuan rakyat.

Para pemimpin mesti pula menanamkan dalam diri mereka masing-masing. Kiprah mereka bukan untuk kepentingan golongan sendiri. Tujuannya lebih luas lagi, yakni untuk bangsa dan negara.

Rakyat pun harus bersabar, saling menasihati, saling merangkul, menanamkan dalam jiwa bahwa kerukunan di antara mereka sangat menentukan. Tiada kekuatan tanpa kebersamaan.

sumber : Hikmah Republika oleh M Jamil
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement