REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI), Jusuf Kalla (JK) berharap Indonesia ikut berkontribusi dalam penemuan ilmiah pengobatan Covid-19. Dengan begitu, Indonesia tidak selalu bergantung sumbangan negara lain dalam penanganan Covid-19.
"Indonesia harus punya kontribusi terhadap dunia dalam bidang saintis untuk penanganan Corona. Jangan seperti selama ini, apa-apa minta dari China," kata JK dalam keterangan yang diterima, saat bertemu dengan Kepala Lembaga Eijkmen Proffesor Amin Subandrio di Kantor Eijkmen, Jakarta, Rabu (13/5).
JK memastikan, dalam hal kerja sama dengan lembaga Eijkmen, PMI akan mendukung penyediaan fasilitas pengolahan darah yang tersebar pada 15 kota besar di Indonesia. "PMI berada dalam posisi mensupport dan tidak berada pada wilayah ilmiah Saintis yang merupakan tanggung jawab Eijkmen. Untuk itu PMI akan mempersilahkan Eijkmen untuk menggunakan fasilitas pengolahan darah yang dimiliki PMI dan tersebar di 15 kota besar," kata JK.
Kepala LBM Eijkman Amin Soebandrio mengatakan, selain perumusan protokol, pemerintah juga tengah menyiapkan perlindungan etik bagi tenaga kesehatan yang terlibat dalam program ini. Hal ini agar tenaga kesehatan nantinya tidak menemui masalah di kemudian hari.
"Etika terjadi sesuatu kemudian ada tuntutan mereka tidak disalahkan. Karena sudah di-approve oleh BPOM, sudah disetujui Komite Etik," katanya.
Ia menjelaskan, nantinya setelah protokol nasional dan perlindungan etik disahkan, pelayanan Terapi Plasma Konvalesen ini akan dimulai dari pendataan penyintas di rumah sakit. Data tersebut kemudian ditindaklanjuti PMI yang akan memeriksa kelayakan pendonor. Jika memenuhi persyaratan, pendonor akan diambil plasmanya. "Dari rumah sakit sampai mengambil plasma itu tugas PMI," kata Amin.
Plasma darah yang mengandung antibodi penyintas covid-19 ini kemudian akan diperiksa di laboratorium Eijkman. Amin mengatakan, kapasitas laboratorium Eikjman saat ini mampu menguji 1.116 sampel per hari.