REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI mengajak seluruh masyarakat di Tanah Air untuk terus menebarkan pesan-pesan positif terkait Covid-19 serta harus optimistis dalam bersatu melawan pandemi tersebut.
"Kita harus mengkampanyekan positif knowledge atau menebar pesan-pesan yang positif. Pilarnya ialah harus optimis dan selalu optimis," kata Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Kominfo Prof Dr Widodo Muktiyo saat diskusi daring terkait "Dua Bulan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19" di Jakarta, Rabu (13/5).
Kondisi pandemi Covid-19 harus dihadapi dengan berpikir yang baik-baik serta tidak menyalahkan siapapun. Kemudian melakukan disiplin diri termasuk dalam menggunakan media sosial serta bergotong royong antarsesama.
"Kita hapus dulu ego masing-masing sebab kita hanya punya satu musuh bersama yakni corona. Jadi jangan salahkan siapa-siapa apalagi antarsesama kita," ujarnya.
Selain menebarkan pesan-pesan positif, pada hakikatnya negara hadir dan serius menjadi pemimpin untuk dapat segera menyelesaikan persoalan Covid-19 bersama-sama dengan masyarakat.
Sehingga membangun partisipasi masyarakat untuk ikut segala protokol-protokol yang sudah ditetapkan oleh pemerintah menjadi salah satu hal penting saat ini.
"Makanya di dalam komunikasi publik ini, orkestrasinya harus kita bangun dimana masing-masing kita memiliki bagian dan harus berperan dalam satu lagu bersatu melawan Covid-19," ujar dia.
Apalagi mengingat permasalahan Covid-19 masih berkejaran dengan waktu, sebab jika satu orang terdampak maka penanganan penyelesaiannya ialah minimal setengah bulan, tidak bisa langsung selesai.
Ia mengimbau masyarakat untuk menyadari hal tersebut secara bersama-sama termasuk dengan memiliki cara berpikir baru dan normalitas baru yang menjadi salah satu penyemangat dalam berkegiatan saat ini.
Intinya sama sejak awal, ujar dia, yakni masyarakat tidak boleh berdekatan, menjaga jarak fisik, tidak boleh lepas masker dan tidak lupa mencuci tangan. Selain itu juga harus mengisolasi diri dan tetap di rumah.
"Jadi itu tetap berlaku dan memang merupakan protokol yang harus dilakukan hingga tuntas sebab vaksinnya belum ada. Jika tidak dilakukan maka ini akan menjadi bahaya laten yang muncul setiap saat," katanya.