REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jaringan seluler yang lelet sempat menghambat proses komunikasi dalam penanganan bencana banjir bandang dan longsor di sejumlah wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, Provinsi Aceh.
Koordinator Tagana Aceh Tengah Azmi, mengatakan akibat terganggunya komunikasi melalui sambungan telepon seluler menyebabkan petugas sulit dalam menghimpun data akurat di lapangan.
"Gangguan komunikasi menyulitkan tim menerima data akurat," kata Azmi di Aceh Tengah.
Peristiwa banjir bandang dan longsor pada Rabu (13/5) sore tersebut, tidak hanya terjadi di beberapa desa di Kabupaten Aceh Tengah, namun juga melanda sejumlah titik di Bener Meriah, yaitu di Kecamatan Bukit, Mesidah, dan Permata.
Warga Takengon, Aceh Tengah, Hafiz mengatakan dirinya mengalami gangguan jaringan seluler dari penyedia Telkomsel sudah mulai sejak Rabu dini hari, khususnya untuk penggunaan data internet.
"Subuh pada waktu sahur sempat putus total juga, saya kira saya kehabisan kuota data, rupanya memang ada gangguan," katanya.
Kemudian, kata dia, gangguan itu berlanjut seharian hingga terputus total pascabanjir bandang melanda sejumlah desa di beberapa kecamatan di daerah dataran tinggi Gayo itu, bahkan berlangsung hingga tengah malam.
"Pascabanjir menelpon pun susah, sampai jam 10 malam baru bagus lagi, itu pun kalau untuk akses internet lelet, putus nyambung," ujarnya, menjelaskan.
Hal senada juga dikeluhkan oleh warga di Bener Meriah. Petugas dan warga kesulitan mendapat informasi terkait jumlah lokasi yang dilanda longsor dan banjir akibat intensitas hujan tinggi tersebut.
Warga Bener Meriah, Kiki menyebutkan akses komunikasi melalui jaringan internet memang kerap terganggu di Aceh Tengah dan Bener Meriah dalam waktu-waktu tertentu.
"Kalau gangguan jaringan memang bukan hal baru lagi, sering terjadi. Kita harapkan pihak Telkomsel di daerah ini sudah bisa berbenah dalam memberikan pelayanan terbaik buat pelanggan," ujarnya.