REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON--Sudah delapan tahun wajah dan nama Barack Obama tidak muncul di surat suara. Tapi tampaknya ia menjadi tokoh utama dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) 2020.
Partai Demokrat mendorong Obama menjadi juru politik Joe Biden. Kandidat presiden itu pernah menjadi wakil Obama selama dua periode. Obama juga dianggap masih menjadi tokoh Partai Demokrat yang paling populer. Terutama bagi pemilih masyarakat kulit hitam dan pemilih muda. Tim kampanye Biden ingin Obama sering tampil dihadapan publik dalam beberapa bulan ke depan.
Sementara itu bagi Presiden Donald Trump hal ini artinya kesempatan untuk fokus pada musuh politik favoritnya. Beberapa hari terakhir Trump dan sekutu-sekutunya mendorong dengan agresif teori konspirasi tentang Obama.
Cara Trump dan kroni-kroninya memperkuat basis massa konservatif dan memukul Biden. Selain itu juga mengalihkan perhatian masyarakat dari krisis kesehatan dan ekonomi pandemi virus corona yang menerpa AS.
"Kedua belah pihak ingin hal ini tentang Obama," kata mantan juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih masa pemerintahan Obama, Ned Price, Kamis (14/5).
Pindahnya fokus panggung politik ke Obama tidak hanya akan menentukan masa depan Amerika tapi masa lalu mantan presiden itu. Tampaknya Biden membutuhkan Obama untuk validasi personal.
Selain itu juga menunjukkan ia maju untuk memperbaiki warisan Obama yang dirusak secara sistematik oleh Trump. Pasalnya petahana maju untuk periode kedua demi menuntaskan usaha tersebut.
Tim kampanye Biden tidak terkejut bagaimana usaha Trump menyerang Obama. Sementara lawannya sesungguhnya pada bulan November mendatang adalah Biden.
"Bukan hal yang mengejutkan presiden membabi buta menyerang Presiden Obama, frustasi mengalihkan perhatian dari kegagalannya sebagai Panglima Tertinggi yang mengakibatkan ribuan nyawa warga Amerika melayang," kata juru bicara tim kampanye Biden, TJ Ducklo.