Ahad 17 May 2020 07:39 WIB

Suasana Mencekam dan Sedih Jelang Kematian Umar bin Khattab

Menjelang kematian Umar bin Khattab, muncul suasana mencekam dan sedih.

Suasana Mencekam dan Sedih Jelang Kematian Umar bin Khattab. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi
Foto: MgIt03
Suasana Mencekam dan Sedih Jelang Kematian Umar bin Khattab. Foto: Ilustrasi Sahabat Nabi

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Peristiwa terbunuhnya Umar bin Khattab terjadi di waktu fajar, pada 26 Dzulhijjah 23 H. Dan, dalam kondisi menyayat hati, mengenaskan, dan menyedihkan.

Umar bin Maimun berkata, "Pada pagi hari sebelum terbunuhnya Umar, saya berdiri dekat sekali dengannya. Antara saya dan dia hanya ada Abdullah bin Abbas. Kebiasannya, sebelum sholat dia mengecek jamaah terlebih dahulu. Dia berjalan di sela-sela shaf dan selalu berkata, "Luruskan shaf!" Setelah melihat barisan telah rapat dan lurus, beliau maju dan mulai bertakbir. Pada waktu itu mungkin beliau sedang membaca surat Yusuf atau An Nahl, ataupun surat lainnya pada rakaat pertama, hingga seluruh jamaah hadir berkumpul."

Baca Juga

Umar bin Khattab bertakbir. Tiba-tiba Umar bin Maimun mendengar beliau menjerit, "Anjing-membunuhku! sewaktu ditikam. Ternyata beliau ditikam oleh seorang budak, kemudian budak itu lari dengan membawa pisau belati bermata dua. Dia berusaha melewati shaf-shaf sholat dan jamaah di shaf-shaf itu terkena tikaman belatinya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya.

Subuh berdarah itu, menelan 13 korban. Tujuh orang di antaranya meninggal dunia. Salah seorang dari kaum mukminin yang melihat peristiwa itu langsung melemparkan burnus (baju berpenutup kepala) untuk menyergap dan menangkapnya. Kala itu, sepertinya budak tersebut yakin bahwa dia pasti tertangkap. Dan tidak mendapatkan jalan keluar. Maka, dia langsung bunuh diri.

Umar lalu menarik tangan Abdurrahman bin Auf dan menyuruhnya menggantikan posisi imam sholat subuh pagi itu. "Siapa saja yang berdiri di belakang Umar pasti melihat apa yang mata kepala saya saksikan," kata Umar bin Maimun.

Tetapi, orang-orang yang berada di sudu masjid, mereka tidak tahu apa yang terjadi saat itu. Hanya saja mereka tiba-tiba tidak lagi mendengar suara Umar. Karena itu, jamaah yang berada di belakangnya dan di pojok mengingatkan imam, seraya mengatakan, "Subhanallah."

Akhirnya Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam sholat mereka dan dia sengaja memperpendek bacaan sholat. Setelah para jamah selesai menunaikan sholat Subuh, Umar berkata, "Wahai Ibnu Abbas, lihatlah siapa yang telah menikamku."

Ibnu Abbas pergi sesaat kemudian kembali sambil berkata, "Pembunuhmu adalah budak milik Al Mughirah."

Umar bertanya, "Budaknya yang punya keahlian tukang itu?"

Ibnu Abbas menjawab, "Iya."

Umar berkata, "Semoga Allah membinasakannya, padahal saya telah menyuruhnya berbuat baik. Tetapi, Alhamdulillah segala puji bagi Allah yang telah menjadikan sebab kematianku di tangan orang yang tidak beragama Islam. Engkau dan ayahmu (Abbas bin Abdul Muthalib) menginginkan agar budak-budak kafir itu banyak tinggal di Madinah." Karena pada saat itu Abbas yang paling banyak memiliki budak.

Ibnu Abbas kemudian berkata kepada Umar, "Jika engkau izinkan, semua budak itu akan kami bunuh."

Umar menjawab, "Engkau salah! Bagaimana membunuh mereka setelah mereka bisa berbicara dengan menggunakan bahasa kalian, sholat menghadap kiblat kalian dan melaksanakan haji sebagaimana yang kalian laksanakan!"

Dalam keadaan sekarat, Umar bin Khattab dibawa oleh orang-orang dari masjid ke rumahnya. Sesampainya dirumah, Umar dibaringkan.

Lalu ada yang membawakannya minuman air buah (Jus anggur). Umar bin Khattab meneguk air itu. Akan tetapi air itu keluar begitu saja dari perutnya yang ditikam. Dia kemudian dibawakan air susu. Dia pun meminumnya. Namun, susu itu juga tetap keluar dari bekas lukanya.

Tidak berapa lama, orang-orang yakin nyawa Umar tidak terselamatkan lagi. Saat kekhawatiran itu timbul dalam benak orang-orang, sebagian mengambil inisiatif untuk langsung masuk menjenguknya. Orang-orang semakin banyak berdatangan. Tidak sedikit yang mengucapkan pujian atas dirinya dan mengenang jasa-jasanya.

Detik-detik terakhir dalam kehidupan Umar bin  Khattab, dia berkata, "Wahai Abdullah bin Umar (anak Umar bin Khattab), lihatlah berapa utangku!"

Mereka langsung menghitung dan ternyata jumlahnya kurang lebih sebanyak 86 ribu. Umar berkata, "Apabila harta kelaurga Umar cukup untuk melunasinya, maka bayarlah dari harta mereka. Jika belum mencukupi, mintalah bantuan pada Bani Adi bin Ka'ab. Seandainya belum terlunasi, maka mintalah pada kaum Quraisy. Ingat jangan pernah meminta selain dari mereka! Tunaikan utang-utangku sekarang!"

Umar kemudian menyuruh Abdullah bin Umar, untuk pergi ke rumah Ummul Mukminin, Aisyah, yang merupakan istri Rasulullah SAW.

"Sekarang berangkatlah ke rumah Aisyah Ummul Mukminin dan katakan, Umar menyampaikan salam kepadanya dan jangan kamu katakan salam dari Amirul Mukminin. Sebab, sejak hari ini saya tidak lagi menjadi Amirul Mukminin. Sampaikan pula kepadanya bahwa Umar bin Khattab memohon diizinkan dimakamkan tepat di samping kedua sahabatnya," kata Umar ke anaknya.

Setelah mendengar pesan ayahnya, Abdullah pamit berangkat ke rumah Aisyah. Sesampainya di depan pintu rumah Aisyah, Abdullah bin Umar meminta izin masuk.

Dia pun diizinkan masuk. Di sana dia mendapati Aisyah sedang duduk menangis. Abdullah bin Umar berkata, "Umar bin Khattab mengucapkan salam untukmu dan dia minta izin agar dapat dimakamkan di samping kedua sahabatnya."

Aisyah menjawab, "Sebenarnya saya juga menginginkan agar tempat tersebut menjadi persemayaman terakhirku kelak, sewaktu meninggalkan dunia ini. Namun, sayang, hari ini saya harus mengalah untuk Umar."

Ketika Abdullah bin Umar kembali ke rumahnya, ada yang mengatakan, "Lihatlah Abdullah bin Umar sudah sampai."

Umar berkata, "Angkat saya!"

Salah seorang menyandarkan Umar ke tubuh anaknya Abdullah bin Umar. Umar bertanya, "Nak, apa berita yang engkau bawa?"

Abdullah menjawab, "Sebagaimana yang ayahanda inginkan, wahai Amirul Mukminin, Aisyah telah mengizinkan dirimu."

Umar berkata, "Alhamdulillah, tidak ada yang lebih penting bagiku selain ini. Setelah saya meninggal dunia, bawalah jenazahku ke sana dan katakan, 'Umar bin Khattab minta izin untuk masuk.' Jika dia memberikan izin, bawalah saya masuk. Namun, seandainya dia menolak, makamkanlah jenazahku di pemakaman kaum Muslimin."

Umar kemudian mengembuskan napas terakhirnya. Beliau kemudian wafat.

Setelah semuanya siap, orang-orang menggotong jenazahnya dengan berjalan kaki. Setelah sampai ke dekat persemayaman kedua sahabatnya, Abdullah bin Umar mengucapkan salam kepada Aisyah, dan berkata, "Umar bin Khattab meminta izin masuk."

Aisyah menjawab, "Bawalah dia masuk."

Maka, jenazah Umar dibawa masuk dan dimakamkan di samping kedua sahabatnya.

sumber : Sang Legenda Umar bin Khattab / Yahya bin Yazid Al Hukmi Al Faifi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement