REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Meski semua orang dan kelompok dengan berbagai status ekonomi dan sosial seperti pengusaha dan karyawan yang terdampak pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19), masih ada ada kalangan lain yang juga terkena imbas namun sayangnya terlupakan. Mereka adalah kelompok penyandang disabilitas.
Ketua Umum Badan Koordinasi Kegiatan Kesejahteraan Sosial (BK3S) Jawa Timur Pinky Saptandari mengatakan, semua terdampak akibat virus ini di antaranya kelompok pengusaha hingga karyawan. "Tetapi seringkali orang melupakan ada kelompok yang paling terdampak yaitu teman-teman (penyandang) disabilitas," ujarnya seperti dalam konferensi video virtual bertema penyandang disabilitas di masa pademi Covid-19 di akun youtube BNPB, Ahad (17/5).
Ia menyontohkan misalnya kelompok tuna netra yang pekerjaannya sebagai pemijat. Kendati demikian sejak dua bulan terakhir ini mereka sudah tidak memijat lagi.
Bahkan ia mengungkap data statistik yang menunjukkan banyak kelompok difabel yang kehilangan profesinya sebagai pemijat, pemangkas rambut bahkan yang tidak bersentuhan dengan manusia misalnya di bengkel, tukang sablon karena sudah tidak ada yang melakukan servis selama pandemi. Bahkan, pihaknya mendapatkan informasi bahwa penyandang disabilitas yang bekerja di bengkel sampai terpaksa menjual spare part yang sudah tidak dipakai lagi atau dalam kondisi aus.
Selain itu, ia menyebutkan orang-orang yang berkebutuhan khusus di rumah sakit jiwa juga perlu mendapatkan perhatian dan bantuan. "Jadi kalau semua kena dampaknya, barangkali kita harus pikirkan kalau mereka (kelompok) itu yang terdampak," ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Executive Director Yayasan Plan International Indonesia Dini Widiastuti menambahkan, dari pengalaman pihaknya bekerja di Indonesia timur yaitu di Nusa Tenggara Timur (NTT), Nusa Tenggara Barat (NTB) ternyata banyak penyandang disabilitas terdampak secara ekonomi. Mereka adalah yang bekerja di sektor informal, memijat, service sol sepatu, warung kecil-kecilan.
"Padahal jumlah penyandang disabilitas (di Indonesia) banyak, terakhir lebih dari 34 juta," katanya.
Tidak tinggal diam, pihaknya melatih kelompok difabel ini membuat masker wajah. Upaya itu diakuinya sedikit membantu, sebab kalau menunggu bantuan pemerintah masih tahap pendataan. Pihaknya mendapatkan laporan, bantuan pemerintah belum sampai untuk kelompok disabilitas. "Jadi mereka (kelompok disabilitas) belum mendapatkannya, karena itu mereka harus berdaya untuk bisa bangkit," ujarnya.