Ahad 24 May 2020 06:05 WIB

Wakil Ketua MPR Ini Sambut Lebaran yang Berbeda

Lestari Moerdijat mengaku biasanya ayahnya merayakan lebaran bersamanya di Jakarta.

Rep: Febrianto Adi Saputro/ Red: Ratna Puspita
 Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat
Foto: istimewa
Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 yang terjadi saat ini membuat umat Islam merayakan Idul Fitri tahun ini dengan suasana berbeda. Hal serupa dirasakan Wakil Ketua MPR Lestari Moerdijat, atau yang biasa akrab disapa Rerie.

"Yang jelas pasti berbeda, biasanya ritualnya itu selalu tiap lebaran, dua minggu sebelum lebaran itu bukan kita yang pulang, tapi memang sudah sejak lama, ayah saya sendiri memutuskan lebih mudah membawa dirinya ke Jakarta. Sudah 20 tahun lah kami lakukan begitu dari umur dia masih kuat 65 (tahun)," kata Rerie mengisahkan tradisi yang ia lakukan setiap lebaran.

Baca Juga

Namun, perempuan kelahiran Surabaya tersebut mengaku sedih lantaran tradisi yang biasa lakukan ketika lebaran kini tidak bisa lagi ia lakukan dulu sementara ini lantaran Covid-19. Apalagi mengingat lebaran kali ini ayahnya hanya ditemani asisten rumah tangga setelah ibunya meninggal pada 1991 silam. 

Namun, ia memahami kondisi saat ini dan memilih menuruti pesan ayah. "Ya sekarang sedih juga nggak bisa, tapi karena beliau (sang ayah) orangnya kuat ya, ketika belum ada PSBB (pembatasan sosial berskala besar) aja saya tanya, 'gimana, apa papa jalan ke Jakarta sekarang?' dia bilang, 'nggak, kita semua harus di rumah masing-masing," kata Rerie menirukan pesan ayahnya. 

Rerie menceritakan, bukan tanpa alasan ayahnya, yang bulan ini tepat berusia 83 tahun, lebih memilih untuk menyambangi anak-anak dan cucunya di Jakarta ketika lebaran. Ia mengungkapkan hal tersebut berawal dari satu insiden yang membuat akhirnya Rerie tak lagi melakukan mudik, seperti halnya yang dilakukan kebanyakan tiap kali lebaran. 

Sekitar 1999, dirinya yang ketika itu baru memiliki satu anak berumur dua tahun hendak mudik bersama suaminya menggunakan mobil ke kediaman ayahnya di Purwokerto, Jawa Tengah. Ketiganya berangkat dari Jakarta menuju Purwokerto melalui jalur Nagrek, Jawa Barat. 

Namun karena kemacetan panjang terjadi di jalur tersebut membuat perjalanan mereka menghabiskan waktu hampir 24 jam. "Sejak saat itu ayah saya yang putuskan, 'tahun depan udah enggak usah, Papa aja yang ke Jakarta," kata dia.

"Sejak itulah sampai sekarang kalau lebaran beliau ke Jakarta, apalagi beliau sudah pensiun, sekarang usia sudah 80 tahun lebih, dan malah bisa lebih lama, biasanya 10 hari sebelum lebaran sudah ada di sini bersama cucu segala macem menjelang puasa berakhir. Jadi ritual saya pulang kampung itu berhenti 18-19 tahun yang lalu. Karena mudik maut itu," kenangnya seraya tertawa.

Sejak kecil, Rerie menganggap lebaran adalah momen untuk sama-sama berkumpul keluarga. Tidak hanya lebaran Idul Fitri, Rerie juga memanfaatkan Idul Adha untuk berkumpul dengan mertuanya yang merupakan orang Banten.

"Biasanya yang berkesan kalau dari saya, tradisi di dalam keluarga saya tuh waktu almarhum ibu mertua saya masih ada, lebaran lebih besar itu karena beliau orang Banten itu Idul Adha, jadi saya kalau lebaran idul fitri sama ayah, lebaran idul adha sama ibu mertua," ungkapnya. 

Begitu juga ketika muda saat dirinya ikut ayahnya yang merupakan dokter kandungan dipindahtugaskan ke Purwokerto. Meskipun tidak ada keluarga, teman-teman ayahnya sudah ia anggap seperti keluarga sendiri.

Rerie juga mengisahkan hal yang biasa ia lakukan di hari kedua lebaran. Tidak jarang di hari kedua lebaran Idul Fitri, Rerie beserta keluarga menghabiskan waktu di luar kota. Biasanya Bandung, Bali, atau Yogyakarta jadi tempat yang dituju. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement