REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kabar tentang penjualan telur infertil di pasaran marak diberitakan sepekan terakhir. Telur tersebut ditawarkan dengan harga lebih murah. Namun, apakah ada bedanya dari segi gizi?
"Tidak ada bukti ilmiah yang menyebutkan adanya perbedaan kandungan gizi antara telur fertil dan telur infertil," kata Ketua Prodi S1 Gizi Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FK-KMK UGM), Dwi Budiningsari, Rabu (20/5).
Dwi menilai, dua kategori telur itu sama-sama bisa dan aman untuk dikonsumsi, tapi dengan catatan keduanya masih layak atau belum busuk. Daya simpan telur infertil atau yang disebut HE (hatching egg) lebih pendek, sehingga lebih cepat membusuk.
Telur infertil hanya bertahan selama tujuh hari. Sedangkan, telur ayam ras yang dihasilkan peternak layer bisa bertahan selama 30 hari di suhu ruangan.
Perbedaan mendasar antara telur fertil dengan infertil terletak di ada tidaknya sperma ayam jantan. Telur infertil bukan telur untuk ditetaskan, telur yang terbentuk tidak mengandung sperma ayam pejantan.
"Sedangkan, telur fertil merupakan telur yang dapat ditetaskan karena di dalamnya terdapat sperma pejantan," ujar Ketua Pergizi Pangan DIY ini.
Dwi menjelaskan, ayam betina bisa bertelur, baik kawin dengan pejantan maupun tidak melalui proses perkawinan. Ayam betina tetap hasilkan telur tanpa perkawinan selama masih baik diberikan makanan.
"Sementara pada telur fertil bisa ditetaskan karena dibuahi oleh pejantan, telur ayam fertil maupun infertil semuanya aman dimakan. Yang membedakan hanya ada sperma atau tidak di dalamnya," kata Dwi.
Terkait kandungan gizi pada telur ayam, ia menilai, telur ayam kaya nilai gizi, terutama protein bernilai tinggi. Telur digunakan sebagai standar protein sejumlah makanan atau diistilahkan dengan Protein Senilai Telur (PST).
Kandungan protein telur dijadikan standar dan diberi nilai maksimal, yaitu 100. Sementara, dari bahan pangan lainnya disetarakan dengan kandungan protein telur yang umumnya mempunyai nilai di bawah 100.
Selain itu, dalam telur ayam juga terkandung lemak dan bermacam vitamin, seperti A, B, D, dan E. Terkandung pula beragam mineral seperti zat besi, fosfor, selenium, serta asam amino lengkap yang diperlukan bagi tubuh.
Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta memperketat penjualan telur ayam ras sebagai antisipasi praktik penjualan telur infertil. Sebab, Permentan Nomor 32/PK.230/2017 tentang Penyediaan, Peredaran, dan Pengawasan Ayam Ras dan Telur Konsumsi melarang penjualan telur ayam infertil sebagai telur konsumsi.
“Telur ayam ini tidak pas untuk dikonsumsi karena mudah sekali busuk,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Yogyakarta Yunianto Dwi Sutono di Yogyakarta, Rabu (13/5).