REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Menteri Pertahanan (Wamenhan), Sakti Wahyu Trenggono, menyatakan, pandemi Covid-19 menyadarkan semua pihak, isu di bidang pertahanan tak hanya masalah alat utama sistem persenjataan (alutsista). Menurutnya ketahanan nirmiliter seperti kesehatan dan pangan juga merupakan hal yang strategis.
"Saya masih teringat usai dilantik Presiden Jokowi pada 25 Oktober 2019, ketika ditanya media soal pertahanan. Saat itu saya nyatakan perang di masa depan itu salah satunya melawan penyebaran virus dan penyakit," ujar Sakti saat berdiskusi dengan Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Jumat (22/5).
Ia menjelaskan, pandemi yang terjadi sekarang bisa diibaratkan sebagai Indonesia sedang berperang melawan musuh tak terlihat. Musuh tersebut telah mengubah sendi-sendi kehidupan dan cara manusia berinteraksi antara satu dengan yang lainnya.
"Saat ini kami tengah merancang beberapa langkah strategis menghadapi musuh tak terlihat ini dengan titik berat membangun ketahanan pangan dan kesehatan agar bangsa ini siap menghadapi peristiwa ini jika terulang kembali," katanya.
Di bidang kesehatan, kata Sakti, Kementrian Pertahanan tengah melakukan transformasi di Universitas Pertahanan. Transformasi itu dilaksanakan dengan mendirikan Fakultas Kedokteran Militer, Fakuktas Farmasi Militer, dan Fakultas Teknik Militer.
"Kami ingin mencetak sumber daya manusia unggul di bidang kesehatan, terus ada laboratorium farmasi dan virologi. Semua ini agar ketahanan kesehatan menjadi mandiri di masa depan," katanya.
Kemudian bidang pangan, pihaknya tengah dicari lahan untuk menyediakan cadangan pangan untuk kepentingan pertahanan nasional. Agar dapat terealisasi dengan baik, maka dibutuhkan konsistensi kebijakan karena akan memakan waktu yang tidak sebentar.
"Kami sedang melihat beberapa lokasi yang akan kita gunakan supaya bisa mendukung ketahanan pangan. Untuk merealisasikan ide cadangan pangan ini dibutuhkan konsistensi kebijakan karena butuh waktu lama untuk merealisasikannya," kata dia.