REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Aktivitas ziarah ke makam leluhur selama ini selalu menjadi berkah bagi para penjual ‘bunga tabur’ di sekitar kawasan Tempat Pemakaman Umum (TPU) Bergota, Kota Semarang, setiap lebaran tiba. Mereka biasa meraup untung besar dari menjual bunga tabur (bunga mawar) kepada setiap warga Kota Semarang maupun warga dari luar kota yang datang ke TPU terbesar di Kota Semarang tersebut untuk berziarah.
Selain karena harga yang bisa melonjak berapa kali lipat, kebutuhan bunga tabur oleh masyarakat juga cukup tinggi. Hingga lebaran selalu menjadi momentum yang paling mereka tunggu.
Namun ada yang berbeda dengan lebaran kali ini. Dampak pandemi Covid-19 pun tak luput membuat para pengunjung dan peziarah yang datang ke TPU Bergota mengalami penurunan cukup banyak.
“Tidak seperti tahun kemarin, hingga lebaran hari pertama seperti ini para penjual bunga di TPU Bergota ini sudah bisa mengantongi duit banyak,” ungkap Minto (59 tahun), salah satu pedagang bunga, Ahad (24/5).
Kali ini, jelasnya, TPU Bergota tidak dibanjiri oleh peziarah seperti lebaran tahun lalu. Mereka tidak hanya warga dari Kota Semarang saja, namun juga warga yang datang dari luar Kota Semarang.
Sehingga beberapa akses menuju TPU Bergota sampai macet akibat banyaknya peziarah. “Karena itu, omset penjual bunga pada lebaran kali ini tidak sebagus lebaran tahun lalu,” tambahnya.
Hal ini diamini oleh Jumilah (61) seorang penjual bunga tabur lainnya. Lebaran pertama ini memang masih ada warga yang berziarah ke TPU Bergota, namun tidak sebanyak lebaran tahun lalu.
“Pasti berkurang lah mas, lebaran sekarang orang mudik saja dilarang. Sehingga mereka yang dari luar kota tidak bisa pulang dan tidak ikut berziarah di makam keluarga atau saudara mereka,” tegasnya.
Ia juga mengungkapkan, banyaknya peziarah di TPU bisa dilihat di jalan- jalan yang menuju ke TPU tersebut. Jika peziarah banyak jalan- jalan menuju makam tersebut selalu macet dan bahkan juga ditutup.
Tahun lalu bahkan sempat ditutup total dan kendaraan peziarah harus parkir jauh dari lokasi makam. “Sekarang, pemandangan tersebut tidak tampak lagi, kecuali sepeda motor yang memang masih lumayan banyak,” katanya.
Perempuan paruh baya warga Godong ini mengaku, kendati jumlah peziarah menurun tajam, bunga yang dijualnya tetap laku dan ada yang beli. Namun perputaran uangnya tidak seperti lebaran tahun lalu.
Sampai dengan lebaran hari pertama seperti sekarang, omset bunga mawar tersebut biasanya sudah bisa mencapai di atas Rp 2 juta per hari. Sekarang separuhnya saja belum bisa dicapainya.
Ia juga mengaku, sebagai pedagang bunga tidak rugi, karena hanya menyediakan sesuai dengan permintaan. “Kalau memang peziarahnya sedikit, saya kan tidak mungkin mengambil dari bakul dalam jumlah yang banyak, namun sesuai dengan permintaan,” tambahnya.
Salah seorang peziarah Basuki (73) mengaku, biasanya pada lebaran hari pertama keluarganya yang ikut berziarah ke TPU Bergota bisa mencapai minimal 25 orang. Karena putra- putrinya yang ada di luar kota pulang kampong.
“Sekarang mereka tidak bisa pulang karena adanya larangan mudik guna memutus mata rantai penyebaran Covid-19, sehingga kali ini banyak di antara mereka tidak ikut berziarah,” tambahnya.