REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Allah SWT menurunkan Alquran melalui suara malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Artinya Alquran tidak berwujud buku, tapi berupa suara Malaikat Jibril yang menirukan kalamullah (perkataan Allah SWT).
Ustadz Ahmad Sarwat dalam bukunya Sejarah Alquran menyampaikan, setelah wahyu Alquran diterima, Nabi Muhammad langsung memanggil para sahabat untuk menyampaikannya sekaligus mencatatnya melalui beberapa media. "Secara teknis, Jibril menurunkan wahyu dalam bentuk suranya dan begitu Jibril berlalu, Rasulullah SAW memanggil para sahabat untuk menuliskannya," katanya.
Ustadz Ahmad mengatakan, seperti disampaikan Ghanim Al-Quduri dalam kitabnya, Rasmul Mushaf Dirasah Lughawiyah Tarikhiyah menyebutkan, para sahabat yang diperintahkan menulis wahyu cukup banyak jumlahnya hingga mencapai 43 orang. Dan yang paling terkenal adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Saad, Hanzhalah ibnu Ar-Rabi’ dan lainnya. Namun yang paling produktif dan menonjol untuk menuliskan wahyu dari semuanya memang Zaid bin Tsabit.
Pengakuan langsung dari Zaid sebagai berikut : “Aku seorang penulis wahyu Rasulullah. Caranya dengan Beliau SAW membacakannya kepadaku. Bila sudah selesai, Beliau pun memerintahkan aku untuk membaca ulang. Maka aku membaca ulang, bila ada yang terlewat, Beliau membenarkannya.”
Rasulullah SAW memang selalu memanggil Zaid untuk siap sedia, kapan pun turun wahyu. "Panggilkan Zaid dan suruh bawa batu, pelepah dan tulang."
Saking perhatiannya Beliau SAW terhadap penulisan wahyu, sampai Beliau SAW mengeluarkan larangan untuk menulis selain wahyu. "Jangan kalian menulis tentang aku. Siapa yang terlanjur menulis tentang aku, hapuslah," kata Nabi.
Larangan ini karena Nabi Muhammad SAW khawatir akan tercampur-campurnya antara teks asli Alquran dengan penjelasanya. Padahal penjelasannya itu bukan bagian dari Alquran.
Ustadz Ahmad menyampaikan, Alquran turun tidak dalam bentuk tulisan, untuk itu jangan pernah membayangkan Jibril turun membawa sebuah buku bertuliskan ayat-ayat Alquran dalam aksara Arab, yang berisi 6.236 ayat, 30 juz, dan 114 surat.
"Apalagi sampai ada terjemahannya berbahasa Indonesia yang sudah direvisi. Tidak, sama sekali tidak," katanya.
Jibril tidak bawa apa-apa di tangannya. Dia hanya membacakan Alquran dengan suaranya. Lalu didengarkan oleh Nabi Muhammad SAW, masuk ke hati sanubari Beliau SAW dan tersimpan abadi.