REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO — The Egyptial Medical Syndicate (EMS) menuding Pemerintah Mesir telah lalai dalam menangani pandemi Covid-19 di negara tersebut. EMS merupakan serikat pekerja yang beranggotakan ribuan dokter.
EMS menyoroti meningkatnya kasus infeksi dan kematian akibat Covid-19 di kalangan dokter. Hal itu disebabkan minimnya pasokan peralatan medis serta tak memadainya ruang perawatan. Menurut EMS, telah ada 19 dokter yang meninggal akibat virus corona. Sementara sekitar 350 lainnya diduga terinfeksi.
“(EMS) menganggap kementerian kesehatan (Mesir) sepenuhnya bertanggung jawab atas meningkatnya kematian dan infeksi di kalangan dokter karena kelalaiannya,” kata EMS dalam sebuah pernyataan, dikutip laman Al Araby pada Selasa (26/5).
Jika tindakan terhadap staf dan pekerja medis tak diperbaiki, EMS menyebut akan terjadi bencana dan seluruh masyarakat harus menanggung akibatnya. Hal itu dapat mengarah ke hancurnya sistem kesehatan.
EMS mendesak lembaga eksekutif, yudikatif, dan legislatif di negara tersebut memaksa kementerian kesehatan mematuhi tuntutannya. Ini termasuk mempersiapkan alat pelindung diri untuk semua dokter, melaksanakan pelatihan penanganan pasien Covid-19, dan menguji seluruh warga yang memiliki gejala atau telah melakukan kontak dengan pasien positif.
Pernyataan EMS muncul setelah Walid Yehia, dokter berusia 32 tahun, meninggal pada Sabtu (23/5). Dia tutup usia karena tak mendapat ruangan di rumah sakit isolasi. Sebelumnya Yehia telah menunjukkan gejala Covid-19.
Pekan lalu Wakil Menteri Kesehatan Mesir Ahmed al-Sobki mengatakan 17 rumah sakit isolasi yang dikhususkan untuk pasien Covid-19 telah mencapai kapasitas maksimalnya pada awal bulan. Saat berita ini ditulis, Mesir memiliki 18.756 kasus Covid-19 dengan 797 kematian.