Rabu 27 May 2020 21:07 WIB

Cerita dari Hari Kemerdekaan Georgia

Indonesia dan Georgia menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1993.

Pria memegang bendera Negara Georgia. Tiap 26 Mei, Georgia merayakan hari nasionalnya.
Foto: EPA
Pria memegang bendera Negara Georgia. Tiap 26 Mei, Georgia merayakan hari nasionalnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setiap 26 Mei, Negara Georgia merayakan hari nasionalnya. Perayaan tersebut menandai hari deklarasi kemerdekaan pada tahun 1918 dan pembentukan republik demokratis pertama.

Hari Nasional Georgia adalah hari yang sangat istimewa dalam sejarah Georgia, karena berkonotasi dengan momen menentukan bagi status kenegaraan modern Georgia dalam sejarahnya selama tiga ribu tahun. Sebab setelah tiga tahun merdeka, pada tahun 1921, Georgia dianeksasi oleh Tentara Merah Soviet selama 70 tahun berikutnya. Georgia baru mendapatkan kembali kemerdekaannya pada tahun 1991 dan memulai transformasi demokrasi dan ekonomi yang tak tergoyahkan.

Baca Juga

"Pada hari istimewa ini untuk negara saya, saya ingin menguraikan beberapa fakta penting tentang Georgia serta menyoroti kemitraan Georgia yang berkembang dengan Indonesia, teman baik dan mitra kami," ujar Duta Besar Georgia, Irakli Asashvili, dalam siaran pers kepada Republika, Rabu (27/5).

Asashvili mengatakan, salah satu kisah sukses yang paling luar biasa dari jalan kemerdekaan Georgia adalah reformasi kelembagaan. Serta ekonominya yang revolusioner yang dengan cepat mengubah Georgia menjadi negara berkembang yang cepat dan sukses dengan lingkungan bisnis yang menguntungkan.

Menurut laporan World Bank Doing Business 2020, Georgia berada di peringkat ke-7 di antara 190 negara dalam hal kemudahan berbisnis. Posisinya turun dari posisi ke-6 pada tahun sebelumnya.

Birokrasi yang efisien, tingkat korupsi yang rendah, perjanjian perdagangan bebas dengan ekonomi utama dan manfaat pajak yang dinikmati oleh perusahaan-perusahaan yang didirikan di Zona Ekonomi Bebas menjadikan Georgia sebuah tujuan yang menguntungkan untuk Investasi. Sementara itu, tingkat kejahatan yang rendah, tenaga kerja terampil, dan infrastruktur yang berkembang dengan baik adalah insentif lebih lanjut bagi investor.

Selain iklim bisnis yang menarik, saat ini pariwisata di Georgia berkembang dengan pertumbuhan rata-rata 10 persen selama 15 tahun terakhir. Ini disebabkan oleh kondisi alam dengan lebih dari 9 zona iklim, serta berkembangnya resor musim panas dan musim dingin, situs bersejarah kuno, budaya anggur tertua, dan masakan lezat. Pada tahun 2019, Georgia menjadi tuan rumah bagi lebih dari 9 juta turis internasional, yang sejauh ini merupakan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Tujuan utama kebijakan luar negeri Georgia adalah integrasi penuh ke dalam struktur Eropa dan Euro-Atlantik. Perjanjian Asosiasi dengan UniEropa, termasuk area perdagangan bebas yang mendalam dan komprehensif, dan perjanjian perjalanan bebas visa, membuat Georgia lebih dekat dengan UniEropa. Georgia juga membuat langkah-langkah penting menuju NATO untuk menjadi anggota penuh dalam waktu dekat, yang kami lihat sebagai aspek dasar dari keamanan kami dan pengembangan ekonomi lebih lanjut.

Selain itu, Georgia sangat mementingkan peningkatan kemitraan dengan wilayah Asia Tenggara. "Dalam konteks ini, saya senang menyoroti bahwa Indonesia dan Georgia menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1993, segera setelah Georgia memperoleh kembali kemerdekaannya dan sejak saat itu dua negara telah menikmati persahabatan dan kemitraan yang berkelanjutan. Pendirian Kedutaan Besar Georgia di Jakarta pada tahun 2012 memainkan peran penting dalam meningkatkan hubungan ini. Sementara itu, misi Georgia ke Indonesia adalah perwakilan diplomatik pertama Georgia di kawasan ASEAN," ujar Asashvili.

Tahun ini karena pandemi Covid-19, Kedutaan Besar Georgia tidak dapat merayakan Hari Nasional Georgia di Jakarta. Asashvili tapi yakin kemitraan Indonesia-Georgia yang dimulai pada tahun 1993 akan menjadi semakin kuat. "Kita akan menyaksikan banyak pencapaian baru di tahun-tahun mendatang."

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement