REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk bergerak cepat melakukan adaptasi kondisi new normal akibat pandemi Covid-19. Perseroan pun melakukan evaluasi jumlah dan peran kantor BRI yang ada di seluruh Indonesia.
Direktur Jaringan dan Layanan BRI A Solichin Lutfiyanto mengatakan jumlah kantor BRI dari tahun ke tahun kian menyusut, dari 10.612 kantor pada akhir 2015 menjadi 9.582 kantor pada akhir kuartal satu 2020.
“Sejatinya sebelum adanya pandemi, preferensi masyarakat sudah mulai bergeser dari transaksi konvensional beralih ke digital. Apalagi saat ini masyarakat terbiasa transaski perbankan secara digital akibat pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dan imbauan physical distancing,” ujarnya kepada wartawan, Kamis (28/5).
Solichin menjelaskan saat ini perseroan berupaya mengembangkan layanan digital yang terintegrasi kepada para nasabah. Langkah ini diambil agar perseroan tetap dapat melayani masyarakat hingga ke pelosok beralih ke cara nonkonvensional.
“Kami memastikan masyarakat kini semakin mudah dan nyaman bertransaksi perbankan tanpa harus datang ke kantor BRI secara langsung. Saat ini semua layanan perbankan BRI bisa diakses dengan mudah,” jelasya.
Dia mencontohkan pembukaan rekening simpanan bisa dilakukan melalui aplikasi BRImo, layanan contact center bisa diakses di gadget melalui SABRINA, pengajuan pinjaman digital juga sudah bisa dilakukan melalui aplikasi CERIA serta penyetoran dan penarikan uang tunai bisa lakukan di Agen BRILink terdekat.
“Kemudahan yang disediakan oleh Bank BRI tentu kami harapkan juga memberikan manfaat kepada masyarakat yang juga tengah beradaptasi dengan kondisi The New Normal dalam segala aspek kehidupan,” ucapnya.