REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ada kisah menarik sebelum Khabib Nurmagomedov menggeluti dunia profesional MMA. Semasa remajanya, the Eagle sering terlibat dalam tawuran antarsekolah.
Islam Makhachev, teman sekolah Khabib semasa remaja, menuturkan kepada the Athletic bahwa sekolah mereka nyaris terlibat tawuran dengan anak sekolah lain. Jumlahnya nyaris mencapai seratusan orang.
Namun, mereka akhirnya memutuskan menyelesaikan masalah seperti adegan dalam film Troy. Achilles (Brad Pitt) akhirnya maju menghadapi raksasa dari Thessaly untuk menghindari perang dengan pasukan Raja Yunani Agamemnon.
"Jika terjadi 100 vs 100, sekolahku pasti akan menempatkan Khabib sebagai petarung pertama. Dia akan menghadapi seseorang," kata Islam Makhachev kepada the Athletic, seperti dikutip Talksport.com, Jumat (29/5).
Makhachev saat ini juga menggeluti dunia MMA. Dia sekarang menempati peringkat ke-12 kelas ringan UFC.
Makhachev mengatakan, cara tersebut sering dilakukan ketika ada percekcokan atau perdebatan dengan sekolah lain. Setiap sekolah mengirimkan jagoan-jagoan terbaiknya. "Jika Khabib yang maju, hasil akhirnya selalu tidak mengejutkan," katanya.
Khabib membenarkan cerita Makhachev tersebut. Ia mengatakan, dirinya yang selalu ditunjuk sebagai petarung pertama ketika sekolahnya terlibat dalam tawuran duel satu lawan satu dengan anak sekolah lain. "Selalu. Memang selalu seperti itu," katanya.
Khabib menilai hal tersebut wajar. Pasalnya, di sasana gym-nya, dia adalah anak sang pelatih Abdulmanap Nurmagomedov. Abdulmanap yang memegang sabuk hitam judo, juara nasional sambo Ukraina, dan master nasional gulat gaya bebas ini saat itu belum ingin Khabib terjun dalam dunia bela diri.
"Ketika masa remaja, saya yang terbaik. Ketika teman-teman saat itu meminta bantuan kepada saya, saya mengatakan, 'Oke, seseorang sedang dalam masalah? Oke, kita pergi ke sana.' Saya seperti kakak tertua yang menjadi tempat meminta pertolongan bagi setiap orang," kata Khabib.
Setiap teman-teman sekolahnya ada masalah, Khabib yang harus turun untuk menyelesaikannya. Caranya tentu dengan berkelahi satu lawan satu.
"Bahkan, jika masalah tersebut tidak ada hubungannya dengan saya, saya yang harus turun tangan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Segala sesuatunya selalu terjadi seperti itu," kata Khabib.
"Jadi, banyak sekali saya berkelahi bukan untuk hal-hal penting. Saya tidak tahu siapa orangnya yang bermasalah. Saya juga tidak tahu apa masalahnya," kata Khabib. "Saya hanya datang dan melihat kelompokku sedikit kewalahan. 'Oke, hei, apa yang terjadi? blah, blah, blah.' Boom, berkelahi."
Pada tahun 2005, Abdulmanap mulai menyadari bahwa anaknya memiliki bakat menjadi juara dunia. Abdulmanap akhirnya mulai serius melatih Khabib yang saat itu sudah berusia 17 tahun.
Pada usianya ke-24 tahun, Khabib mulai menuliskan namanya sebagai salah seorang petarung terbaik UFC. Pada Mei 2013, Khabib saat itu sukses melakukan 21 bantingan dalam satu pertarungan ketika menghadapi Abel Trujillo di UFC 160.
Kemenangan atas Trujillo memperpanjang rekor MMA Khabib menjadi 20-0. Di pentas UFC, kemenangan tersebut merupakan kemenang keempatnya. Sejak saat itu Khabib menjadi bahan perbincangan.
Khabib sekarang memegang gelar sabuk juara dunia kelas ringan UFC. Ia pun belum terkalahkan dengan rekor MMA 28-0.
Khabib merasa aksi tawuran duel satu lawan satu saat semasa remajanya dahulu ikut menentukan arah kariernya. "Saya sudah berkelahi di jalanan dan mengikuti sejumlah turnamen sejak masa kecil. Pengalaman dan rasa percaya diri tersebut banyak membantu saya," kata Khabib kepada UFC. "Tentu saja ini juga gen saya karena ayah saya adalah atlet bela diri yang hebat."