Ahad 31 May 2020 00:26 WIB

Pandemi Dorong Peningkatan Kasus Overdosis di Kanada

Wilayah British Columbia telah laporkan lebih dari 100 kematian akibat overdosis.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Petugas medis berbaring menikmati matahari di tengah jam istirahat di Maisonneuve Rosemont Hospital di Montreal, Kanada.
Foto: Ryan Remiorz/The Canadian Press via AP
Petugas medis berbaring menikmati matahari di tengah jam istirahat di Maisonneuve Rosemont Hospital di Montreal, Kanada.

REPUBLIKA.CO.ID, TORONTO -- Kematian terkait opioid telah meningkat sejak pandemi virus korona dimulai di Kanada, Jumat (29/5). Kepala petugas kesehatan masyarakat Theresa Tam menyoroti kasus tersebut banyak ditemukan di British Columbia, provinsi paling barat Kanada.

"Data ini menunjukkan tren yang sangat mengkhawatirkan," kata Tam.

Baca Juga

Wilayah British Columbia, menurut Tam, telah melaporkan lebih dari 100 kematian terjadi akibat narkoba pada Maret dan April.  "Sudah lebih dari setahun sejak British Columbia mengamati angka setinggi ini selama periode dua bulan," ujarnya.

Tama mengatakan, tren ini bersifat nasional, karena layanan paramedisnya melaporkan sejak April memiliki jumlah tertinggi kematian terkait opioid dalam sebulan sejak September 2017. Sedangkan, di Calgary intervensi overdosis melonjak. Kota menemukan 40 overdosis pada Maret dan April, naik tajam dari hanya 11 kasus bulan Februari.

Pemerintah federal mengumumkan pada Maret bahwa akan melonggarkan pembatasan pada apoteker untuk meresepkan alternatif obat yang aman. Keputusan ini sebenarnya telah didukung aktivis kebijakan dan para ahli selama bertahun-tahun.

Pandemi telah berdampak pada rantai pasokan obat dengan menutup perbatasan. Guy Felicella selaku penasehat klinis British Columbia Center tentang Penggunaan Zat menyatakan, kondisi itu yang telah menyebabkan tingkat kematian yang lebih tinggi.

"Ketika (narkoba menjadi) lebih sulit untuk didapatkan, potensi naik, harga naik, semuanya naik, dan dalam arti itu menjadi lebih mematikan dari hari ke hari," kata Felicella.

Felicella menyatakan, pandemi hanya memperburuk masalah yang ada. Langkah-langkah pasokan obat yang aman terlalu sedikit dan sangat terlambat. "Anda tidak dapat menyalahkan Covid karena kurangnya respons Anda dalam mengatasi krisis overdosis," katanya.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement