REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Planet-planet raksasa di tata surya dan bintang-bintang lain memiliki awan eksotis yang berbeda dengan di Bumi. Yang paling ekstrem adalah eksplanet raksasa yang umum disebut hot Jupiters.
Disebut hot jupiter karena eksoplanet raksasa ini secara fisik mirip Planet Jupiter namun memiliki periode orbit yang sangat pendek terhadap bintang inangnya. Sebuah tim astronom dari Amerika Serikat, Kanada dan Inggris telah membuat model prediksi jenis awan untuk hot Jupiters dengan suhu berbeda hingga ribuan derajat Kelvin.
Anehnya, tipe awan yang paling umum diperkirakan pada kisaran suhu yang besar, harus terdiri dari tetesan cairan atau silikon dan oksigen, seperti kuarsa leleh atau pasir cair. Pada hot Jupiters yang dingin suhunya dibawah sekitar 950 Kelvin (1.250 derajat Fahrenheit), langit didominasi oleh kabut hidrokarbon pada dasarnya kabut asap.
Model ini akan membantu para astronom mempelajari gas-gas di atmosfer dunia yang jauh ini sebab awan mengganggu pengukuran komposisi atmosfer. Ini juga dapat membantu para ilmuwan planet memahami atmosfer planet-planet raksasa yang lebih dingin dan bulan-bulan mereka, seperti bulan-bulan Jupiter dan Saturnus, Titan.
Pegasi b Postdoctoral Fellow di University of California Berkeley, Peter Gao mengatakan jenis-jenis awan yang dapat eksis di atmosfer panas ini adalah hal-hal yang manusia tidak benar-benar anggap sebagai awan di tata surya.
“Ada model yang memprediksi berbagai komposisi, tetapi tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai komposisi mana yang benar-benar penting dan membandingkan model dengan data yang tersedia yang kita miliki,” ujar Gao, seperti yang dilansir dari Space News Feed, Sabtu (30/5).
Studi ini mengambil keuntungan dari hal populer selama dekade terakhir dalam studi atmosfer eksoplanet atau planet ekstrasurya. Meskipun eksoplanet terlalu jauh dan redup untuk terlihat, banyak teleskop (khususnya teleskop Hubble) mampu fokus pada bintang-bintang dan menangkap cahaya bintang yang melewati atmosfer planet ketika mereka lewat di depan bintang-bintang mereka.
Panjang gelombang cahaya yang diserap, melalui pengukuran spektroskopi, memberi tahu para astronom elemen mana yang membentuk atmosfer. Sampai saat ini,beberapa teknik telah menyimpulkan keberadaan metana, karbon monoksida dan karbon dioksida, gas kalium serta natrium. Di planet terpanas menguapkan aluminium oksida, besi dan titanium.
Beberapa planet tampaknya memiliki atmosfer yang jelas dan fitur spektroskopi yang jelas. Namun, ada planet-planet yang memiliki awan yang benar-benar menghalangi penyaringan cahaya bintang, mencegah studi gas di bawah lapisan awan atas. Komposisi gas dapat memberi tahu para astronom bagaimana bentuk eksoplanet.
“Kami telah menemukan banyak awan: beberapa jenis partikel. Kami tidak benar-benar tahu dari mana bahan itu dibuat, tetapi mereka mencemari pengamatan kami, yang pada dasarnya mempersulit kami untuk menilai komposisi dan kelimpahan molekul-molekul penting, seperti air dan metana,” kata Gao.