Ahad 31 May 2020 18:24 WIB

Micro Farming Solusi Masyarakat Terdampak Pandemi Covid-19

Micro farming adalah pertanian keluarga dengan memanfaatkan lahan terbatas.

Stafsus Wapres RI Dr Lukmanul Hakim (tengah) didampingi Asisten Stafsus Wapres Bidang Ekonomi dan Keuangan Guntur Subagja (kiri) bersama Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Madjidi meninjau lahan dan kandang peternakan di Bogor untuk diproduktifkan integrated farming, Sabtu (30/5).
Foto: Dompet Dhuafa
Stafsus Wapres RI Dr Lukmanul Hakim (tengah) didampingi Asisten Stafsus Wapres Bidang Ekonomi dan Keuangan Guntur Subagja (kiri) bersama Ketua Yayasan Dompet Dhuafa Nasyith Madjidi meninjau lahan dan kandang peternakan di Bogor untuk diproduktifkan integrated farming, Sabtu (30/5).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden RI Prof Dr KH Maruf Amin mengungkapkan pandemi Covid-19 berdampak pada meningkatnya kemiskinan baru di Indonesia. Pemerintah melakukan berbagai upaya dan strategi membantu masyarakat dengan berbagai program stimulus dan bantuan untuk mengurangi dampak pandemi yang terjadi secara global ini.

Staf Khusus Wakil Presiden RI Bidang Ekonomi dan Keuangan Lukmanul Hakim menawarkan solusi berupa program micro farming untuk membantu masyarakat terdampak Covid-19 dan masyarakat miskin agar tetap berpenghasilan. Micro farming adalah pertanian keluarga dengan memanfaatkan lahan terbatas di pekarangan atau sekitar rumah dengan budi daya pertanian produktif.

"Micro farming tidak hanya untuk konsumsi keluarga saja, tetapi juga dapat menjadi sumber penghasilan keluarga sehingga dapat memenuhi kebutuhan hidup dasar dan kehidupannya," ungkap Lukmanul Hakim.

Meski budi daya dilakukan secara mikro, namun skala ekonomi keluarga tetap dipertimbangkan. "Setidaknya setiap keluarga bisa mendapatkan penghasilan Rp 1,5 juta per bulan," papar Lukmanul Hakim yang juga Ketua Umum Arus Baru Indonesia (ARBI).

Untuk itu budi daya yang dikembangkan keluarga harus berupa komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Misalnya, budaya udang vaname air tawar di kolam plastik, budi daya lobster, budi daya ikan kolam bioflok, budaya ayam kampung, dan budi daya sayuran di pekarangan rumah. "Masih banyak budi daya yang dapat dikembangkan disesuaikan potensi lokal masing-masing,"ujar Lukman.

Konsep micro farming perlu dibuat model bisnis dan rantai pasoknya secara terintegrasi sehingga produk keluarga dapat terserap pasar dengan baik. Implementasinya dapat mengoptimalkan peran RT/RW dan komunitas setempat dan berbejaring dengan subtitusi rantai pasok lainnya.

Permodalan dapat menggunakan dana bantuan atau dana produktif bergulir. Implementasinya dapat mensinergikan pemerintah, lembaga keuangan dan perbankan, koperasi, BUMN, dan lembaga sosial seperti lembaga zakat, infak, dan wakaf.

 "Di era tatanan kehidupan normal baru (new normal) ini, mindset dan pendekatannya harus diubah menjadi lebih praktis, ekonomis,dan berdampak sosial tinggi,"tuturnya.

Lukmanul Hakim mulai mendata dan mensinergikan berbagai potensi untuk implementasi micro farming, serta bertahap mengimplementasikannya. Ia juga segera melaporkan gagasan ini kepada Wakil Presiden RI sehingga dapat menjadi program nasional yang lebih luas di Indonesia.

Ini merupakan implementasi ekonomi kerakyatan yang menjadi konsen Wakil Presiden RI selama ini.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement