REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani meminta pemerintah memastikan ketersediaan modal kerja bagi dunia usaha, khususnya Usaha mikro kecil menengah (UMKM). Apalagi akibat pandemi Covid-19 ini mereka kesulitan masalah cash flow.
"Akhir Juni ini kita kesulitan cash flow. Bahkan selebihnya sudah tidak bisa bertahan lagi, jika mau digerakkan lagi itu butuh modal kerja yang cukup," ucap Hariyadi," ujar Hariyadi dalam diskusi online, Senin (1/6).
Oleh karena itu, Hariyadi berharap, pemerintah dapat membantu para pengusaha untuk memberi tambahan modal kerja sebelum memasuki new normal. Maka, stimulus modal kerja perlu diberikan untuk semua sektor usaha, tidak hanya industri BUMN tapi juga untuk keseluruhan baik produksi maupun penjualan. Sebab, produk manufaktur tidak dapat dikomersialkan tanpa penjualan.
Khusus untuk hotel dan restoran, kata Hariyadi dibutuhkan dana sekitar Rp 21,3 triliun modal kerja selama enam bulan. Dana sebesar itu, hanya untuk biaya utilitas, seperti biaya listrik dan gas, pembayaran gaji karyawan, administrasi, di luar bahan baku makanan. Ia mengaku sudah melakukan perhitungan simulasi.
"Kami hitung dari jumlah kamar hotel ada 715.168 kamar dan ada 17.862 restoran. Biaya di luar bahan baku makanan Rp 21,3 triliun untuk enam bulan," tutur Hariyadi.
Namun demikian, Hariyadi menegaskan, bahwa pihaknya, yaitu sektor hotel dan restoran sudah siap melaksanakan kegiatan usaha setelah adanya pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Bahkan dari PHRI, kata dia, sudah menyiapkan protokol kebersihan, kesehatan dan keselamatan.