Selasa 02 Jun 2020 14:39 WIB

3.500 Ton Perak Antar Pria Ini Jadi Miliarder

3.500 Ton Perak yang Dibeli Warren Buffett Antar Pria Ini Jadi Miliarder

Rep: wartaekonomi.co.id/ Red: wartaekonomi.co.id
3.500 Ton Perak yang Dibeli Warren Buffett Antar Pria Ini Jadi Miliarder. (FOTO: Investors)
3.500 Ton Perak yang Dibeli Warren Buffett Antar Pria Ini Jadi Miliarder. (FOTO: Investors)

Warta Ekonomi.co.id, Jakarta

Miliarder investor kelas kakap yang pandai berinvestasi, Warren Buffett pada tahun 1997 sempat membuat langkah yang mengejutkan banyak. Bagaimana tidak, saat itu ia membeli 111 juta ons atau hampir 3.500 ton perak. Padahal saat itu harga perak sedang jatuh-jatuhnya.

Pemilik perusahaan Apex Silver Mines, Thomas Kaplan pun menjadi miliarder. Saat itu, Kaplan masih berusia 30 tahun dengan gelar doktor dalam sejarah dari Universitas Oxford yang tidak memiliki pengalaman industri.

Baca Juga: Mayoritas Portofolio SoftBank Merugi, Investasinya di China Bakal Jadi Penyelamat

Ia mendirikan Apex Silver Mines pada tahun 1993 yang meski kurang kredensial, ia berhasil menerima investasi sebesar USD10 juta dari investor miliarder George Soros pada tahun 1994.

"Apa yang benar-benar berakhir adalah ketika Warren Buffett membeli perak itu," ujar Kaplan sebagaimana dikutip dari Business Insider di Jakarta, Selasa (2/6/2020).

Meski saat itu pasar perak global sempat mengalami masa pemulihan akibat tekanan miliarder minyak, Nelson Bunker Hunt tahun 1979, untunglah Kaplan bisa mengubah takdirnya.

Padahal saat itu gelembung perak meledak awal tahun 1980 sehingga memangkas harga logam mulia dari USD 50 per ons menjadi kurang dari USD 10 per ons. Hal itu menjadi aset beracun bagi banyak investor.

Kini, Kaplan merupakan Chairman dari NovaGold Resources. Ia masih mengingat jelas masa kejatuhan perak yang merupakan tekanan terbesar dalam hidupnya. Ia mengaku hanya rahmat Tuhan yang dapat membuatnya pulih.

"Dan sebaliknya, bukan waktu yang tepat untuk berada di pasar, tetapi itu mengubah segalanya," ujarnya.

Investasi perak Buffett dan mitranya Charlie Munger saat itu tak hanya menguntungkan Kaplan. Tetapi juga menghasilkan pengembalian sebelum pajak lebih dari USD97 juta untuk konglomerat Berkshire Hathaway mereka.

Warren Buffett saat itu mengaku bertaruh pada logam lantaran perkiraan yang ia lakukan kepada stok yang menyusut maka akan menaikkan harga perak di tahun 1997.

"Dalam beberapa tahun terakhir, persediaan emas batangan telah turun secara material, dan Charlie dan saya menyimpulkan bahwa harga yang lebih tinggi akan diperlukan untuk membangun keseimbangan antara penawaran dan permintaan," kata Buffett dalam surat ke pemegang saham pada tahun 1997.

Tak hanya Buffet, Bill Gates dan rekan dekat Buffett juga memiliki kesimpulan yang sama. Mereka mengambil saham di penambang Pan American Silver, pada tahun 1999. Kaplan mengatakan berkat kepercayaan dari Buffett memulihkan persepsi perak sebagai investasi yang bagus.

"Sejak saat itu, saya tidak pernah harus menjelaskan kepada orang-orang alasan untuk memiliki perak," kata Kaplan.

Dukungan perak dari Buffett membawa perusahaan Apex mencatatkan saham dengan sukses sehingga membuka jalan bagi Kaplan untuk mencairkan sebagian besar sahamnya tahun 2004.

Lalu ia pun mencetak keuntungan besar dari investasinya pada penambang platinum Afrika dan mendirikan sebuah perusahaan minyak dan gas di Texas, yang keduanya meningkat nilainya dan diakuisisi oleh Kaplan pada 2007.

Kaplan pun mengaku berhutang pada Buffett yang membawanya memimpin The Electrum Group hari ini. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan investasi yang berfokus pada sumber daya alam. Selain itu ia juga memimpin Panthera dan membanggakan koleksi Rembrandts pribadi terbesar di dunia.

"Aku berhutang satu padanya (Warren Buffet)," ujar Kaplan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan Warta Ekonomi. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab Warta Ekonomi.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement