REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mengaku tidak ingin tergesa-gesa dalam menerapkan New Normal, walaupun kondisi penularan Covid-19 di DIY cenderung landai belakangan ini. Sebab, diterapkannya New Normal ini diharapkan tidak menjadi ladang baru bagi penularan Covid-19 di DIY.
Seluruh komponen, menurutnya, harus memiliki persiapan yang matang terutama pelaku bisnis dan pariwisata. Persiapan yang matang dalam hal ini untuk mencegah kemungkinan-kemungkinan terburuk pada penerapan New Normal yang rencananya diterapkan pada Juli 2020.
"Kita harus hati-hati sekali, harus cermat. Perlu pemahaman yang serius agar ketika New Normal diberlakukan, jangan sampai ada periode kedua Covid–19," kata Sultan di Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (2/6).
Sultan menyebut, saat ini sudah waktunya untuk menerapkan New Normal untuk membangkitkan perekonomian masyarakat DIY. Untuk itu, ia mengimbau kepada seluruh pelaku bisnis dan pariwisata untuk disiplin dalam menjalankan protokol pencegahan Covid-19, terutama mengantisipasi adanya gelombang wisatawan yang datang ke DIY saat New Normal.
"Itu (protokol kesehatan Covid-19) sangat penting, tidak hanya untuk tamu tapi untuk karyawan juga, bagaimana mengaturnya. Harus ada jarak dan sebagainya. Kan syarat New Normal kasus Positif Covid-19 harus turun 50 persen, sedangkan kita sudah turun 73 persen," ujar Sultan.
Dengan diterapkannya New Normal nantinya, diharapkan mampu memberikan perubahan dalam pertumbuhan ekonomi di DIY. Walaupun begitu, pelaku bisnis dan pariwisata tetap harus memperhitungkan dengan matang dalam membuka kembali usahanya.
"Pembangunan kembali ekonomi di DIY harus kita lakukan bertahap. Jangan terlalu drastis karena sambil kita pantau perkembangannya, kita sambil belajar pada situasi. Dengan begitu tidak berisiko untuk masyarakat kecil," jelasnya.