REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Jumlah kasus Covid-19 harian di Iran meningkat setelah turun pada April-Mei menjadi lebih dari 3.000 kasus per hari. Hal ini terjadi setelah pemerintah mencabut berbagai larangan untuk mengendalikan penyakit tersebut.
Larangan terkait wabah Covid-19, yang diberlakukan di Iran sejak 19 Februari, untuk pengoperasian mal, pasar, restoran, kafe, pangkas rambut, dan toko-toko lainnya secara bertahap dicabut. Sementara itu, bepergian ke luar kota mulai diperbolehkan.
Negara yang mencatat 802 kasus pada 2 Mei itu melaporkan lebih dari 2.000 kasus menjelang akhir Mei dan telah menghapus larangan tersebut. Iran pada Selasa (2/6) mengonfirmasi 3.117 orang positif terpapar virus corona.
Selain itu, jumlah kematian harian yang sempat turun di bawah 50 orang kini meningkat menjadi 81 orang pada Senin (1/6) dan 64 orang pada Selasa. Menteri Kesehatan Iran Said Namaki pada Senin mengatakan bahwa kebanyakan dari masyarakat dan pejabat tak memperhatikan bahaya dari Covid-19.
"Jika terus seperti ini, kita akan kebobolan pada menit terakhir oleh virus corona," kata Namaki menegaskan.
Jalan-jalan di Ibu Kota Teheran tampak ramai dengan aktivitas normalisasi, sementara masyarakat tidak memperhatikan penggunaan masker ataupun sarung tangan, jarak sosial, dan peringatan lainnya. Salah satu alun-alun paling ramai di kota itu, Perempatan Istanbul, Alun-alun Imam Khomeini, dan Grand Bazaar Teheran terpantau ramai oleh warga.
Membeludaknya penumpang di bus dan kereta bawah tanah juga terlihat karena dampak dari normalisasi. Total pasien yang meninggal akibat Covid-19 di Iran meningkat kini menjadi 7.942 jiwa dan kasus secara keseluruhan bertambah menjadi 157.562 kasus.