REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Kematian pria kulit hitam Afrika-Amerika oleh polisi Minneapolis memicu protes di seluruh Amerika Serikat (AS) dan merambah ke berbagai negara termasuk Prancis. Selain menuntut kematian Floyd, mereka yang protes juga mengungkap keluhan yang lebih dalam mengenai rasisme di negara masing-masing.
Gas air mata disemprotkan di jalan-jalan di Paris ketika polisi antihuru-hara berhadapan dengan para pengunjuk rasa yang membakar, Selasa (2/6) waktu setempat. Para pemrotes Prancis berlutut dan menggenggam tangan mereka sementara petugas pemadam kebakaran berjuang untuk memadamkan nyala api.
Awalnya demo berjalan damai, dan kemudian ricuh tak terhindarkan. Demonstran menggelar aksi protes untuk memberi penghormatan kepada Floyd dan Adama Traore, seorang pria kulit hitam Prancis yang meninggal dalam tahanan polisi.
Presiden LSM Prancis SOS Racisme, Dominique Sopo mengatakan rasisme adalah masalah seluruh individu di dunia. "Masalah polisi rasis juga ada, meskipun dengan tingkat kekerasan yang lebih rendah, masalah yang menjadi perhatian Prancis," katanya.
Ketika demonstrasi meningkat di seluruh dunia, solidaritas dengan para pengunjuk rasa AS semakin bercampur dengan kekhawatiran lokal terhadap rasisme. "Ini terjadi di AS, tetapi itu juga terjadi di Prancis, itu terjadi di mana-mana," kata pengunjuk rasa Paris Xavier Dintimille.