REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Presiden Iran Hassan Rouhani memperingatkan pembatasan kegiatan mungkin harus diberlakukan kembali untuk memerangi virus corona, Rabu (3/6). Hal ini dapat terjadi jika negara tersebut terkena gelombang infeksi kedua setelah pihak berwenang mengumumkan kasus baru.
"Jika di bagian mana pun di negara ini peringatan ini tidak ditanggapi dengan serius dan Tuhan melarang wabah penyakit memuncak lagi, pihak berwenang harus memberlakukan kembali pembatasan," kata Rouhani.
Iran telah menderita wabah virus corona terburuk di Timur Tengah. Kondisi memaksanya untuk memberlakukan lockdown yang merusak ekonomi semakin berat akibat sanksi Amerika Serikat.
Pembatasan telah secara bertahap dicabut sejak April. Tetapi pembatasan telah diterapkan kembali di beberapa daerah setelah virus korona menyebar cepat di beberapa wilayah.
Kementerian Kesehatan melaporkan 3.134 infeksi baru dalam dua puluh empat jam terakhir, terbesar sejak 30 Maret. Penambahan ini membuat total kasus Covid-19 menjadi 160.696 dengan 8.012 orang telah meninggal dunia.
"Masalah ini akan menciptakan masalah bagi kehidupan sehari-hari warga negara dan juga akan membawa kerusakan ekonomi yang serius bagi masyarakat," ujar Rouhani.
Pegawai pemerintah telah kembali bekerja dan masjid dibuka kembali untuk digunakan sholat setiap hari pada akhir pekan lalu. Namun, pihak berwenang harus memberlakukan kembali pembatasan di provinsi selatan Khuzestan dan Sistan Baluchestan pada pertengahan Mei.
Rouhani mengingatkan masyarakat agar melakukan perjalanan untuk hal-hal penting saja. Pada akhir Mei, media pemerintah menerbitkan foto-foto jalan raya di Iran utara yang penuh dengan mobil ketika orang-orang Iran berbondong-bondong ke wilayah Kaspia, daerah liburan yang populer, selama liburan Idul Fitri.