Sabtu 06 Jun 2020 00:05 WIB

Warga Serpong Keluhkan Bau Sampah Semakin Menyengat

Bau menyengat berasal dari longsoran sampah TPA Cipeucang yang longsor

Rep: Abdurrahman Rabbani/ Red: Esthi Maharani
Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang yang berlokasi di Jalan Kapling Nambo, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) alami longsor, Jumat (22/5).
Foto: dok. Istimewa
Gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang yang berlokasi di Jalan Kapling Nambo, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) alami longsor, Jumat (22/5).

REPUBLIKA.CO.ID, TANGERANG SELATAN — Warga Kecamatan Serpong mengeluhkan bau menyengat dari longsoran sampah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang yang tumpah ke aliran sungai Cisadane. Bau sampah semakin menyengat terutama pada pukul 15.00 dan pukul 03.00 WIB.

Diketahui longsornya gunungan sampah TPA diakibatkan turap jebol yang tak bisa lagi menahan kapasitas sampah yang berlebih. Akibatnya sekitar 100 ton sampah menutupi sebagian aliran sungai Cisadane.

Salah seorang warga bernama Iyus (42 tahun) yang tinggal berjarak kurang lebih 500 meter dari TPA Cipeucang mengaku sejak terjadi longsor, bau sampah kerap sekali memasuki rumahnya. Padahal sebelumnya bau sampah jarang masuk rumah meski hanya sesekali jika terbawa angin.

“Ini sehabis longsor setiap pukul 15.00 dan pukul 03.00 WIB pasti bau. Apalagi kalau hujan ini pasti masuk aja bau sampah kerumah, kadang pas lagi makan bau sampah kecium,” jelasnya, Jumat (5/6).

Dirinya pun berharap longsoran sampah di TPA Cipeucang segera diatasi, semakin lama proses pengangkatan sampah, ia khawatir akan terserang penyakit. “Ini sudah hampir dua minggu dari pertama longsor itu, kok ya gak selesai-selesai pengerukan,” kata Iyus.

Sementara Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Tangsel Yepi Suherman mengakui adanya peningkatan aroma tak sedap dari TPA Cipeucang dalam beberapa hari ini. Munculnya aroma busuk itu akibat proses penyemprotan cairan pengurai sampah.

“Memang benar, itu dari proses penyemprotan cairan penghilang bau dan pengurai sampah. Karena itu bukan cairan kimia, itu dari mikrobiologi yang bisa mengurai sampah organik,” kata Yepi.

Lebih lanjut, kata Yepi, hasilnya sudah kelihatan untuk sampah-sampah organik yang ada di aliran sungai. Sampah akan terurai dan bercampur kemudian tidak mencemari lingkungan. “Tapi cairan itu sendiri bau masam, makanya kita minta ke pihak ke tiga untuk diganti aromanya, atau dipadukan dengan cairan penghilang bau," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement