REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Keberhasilan Turki dalam melawan pandemi Covid-19 terus mendapat pujian dari seluruh dunia.
Salah satu pujian itu datang dari majalah ekonomi terkemuka Inggris The Economist setelah sebuah artikel majalah mingguan itu menggarisbawahi bahwa "Turki menangani pandemi lebih baik daripada banyak negara", termasuk negara sekutu Eropa dan Amerika.
Majalah itu memberikan contoh tindakan pencegahan pemerintah Turki yang tidak mengesampingkan seluruh kegiatan ekonomi, otoritas meminta anak-anak dan orang tua lanjut usia untuk tinggal di rumah dan meminta semua orang, selain dari mereka untuk melanjutkan bisnis melayani konsumen dan bekerja.
Menambahkan bahwa kota-kota terbesar Turki "diberlakukan larangan keluar rumah" pada akhir pekan dan hari libur, "strategi negara itu tampaknya berhasil."
Turki melanjutkan penerbangan domestik pada 1 Juni, dan kafe, restoran, pantai, dan taman-taman kembali dibuka, tetapi anak-anak dan orang-orang berusia 65 tahun ke atas masih tidak diizinkan keluar rumah, kata artikel itu.
“Strategi Turki tampaknya berhasil. Yang paling rentan sudah lolos dari kondisi terburuk pandemi, sementara mereka yang terinfeksi, kebanyakan orang dewasa usia kerja, umumnya sudah pulih. ”
Harian itu mengatakan angka kematian Turki rendah meski ada banyak kasus, dan "kasus baru telah mencapai sekitar 1.000 per hari sejak pertengahan Mei, turun dari tinggi lebih dari 5.000 sebulan sebelumnya."
"Angka kematian harian tidak pernah melebihi 127," tutur majalah itu.
The Economist mengungkapkan tingkat tes Covid-19 Turki kira-kira sama dengan Prancis dan tingkat kematiannya "sepuluh kali lebih rendah dari Inggris."
Memuji sistem kesehatan Turki yang terstruktur dengan baik, artikel The Economist itu menggarisbawahi bahwa "negara mana pun yang membuka pabriknya selama pandemi sebaiknya memastikan sistem kesehatannya untuk dapat mengatasi konsekuensinya."
“Turki bangkit menghadapi tantangan. Selama beberapa dekade terakhir, Presiden Erdogan dan pemerintahnya telah mengalirkan puluhan miliar dolar ke dalam perawatan kesehatan, sistem yang terbarui dengan membangun jaringan rumah sakit seukuran bandara internasional. ”
Menurut artikel itu, penghargaan atas keberhasilan itu “bukan hanya karena Erdogan dan menteri kesehatannya yang mengesankan, Fahrettin Koca, tetapi juga berkat wali kota kubu oposisi, terutama di Istanbul dan Ankara, yang telah mengumpulkan dana dan mengorganisir distribusi masker."
Turki pada Kamis mengkonfirmasi penambahan 1.600 pasien Covid-19 yang pulih di saat negara itu mulai mengurangi langkah-langkah pembatasan terhadap pandemi itu, menurut menteri kesehatan.
Jumlah total pasien yang pulih dari penyakit ini mencapai 131.778 orang setelah 926 pasien keluar dari rumah sakit selama sehari terakhir, kata Fahrettin Koca di Twitter.
Korban meninggal akibat virus tersebut di Turki naik menjadi 4.630 jiwa setelah negara itu melaporkan 21 kematian baru selama 24 jam terakhir.
Inggris, negara yang paling terpukul di Eropa, angka kematian hampir mencapai 40.000 pada Kamis.
Pandemi telah menewaskan lebih dari 391.000 orang di seluruh dunia, dengan lebih dari 6,6 juta kasus dikonfirmasi, sementara yang pulih melampaui 2,8 juta, menurut angka yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins di AS.