REPUBLIKA.CO.ID, JALISCO -- Gubernur Negara Bagian Jalisco di Meksiko, Enrique Alfaro, menyatakan permohonan maaf pada Sabtu (6/6) atas kekerasan yang dilakukan oleh polisi kepada peserta aksi protes untuk kasus kematian seorang warga di tahanan.
Alfaro mengaku terkejut ketika mendengar kabar bahwa kepolisian di Ibu Kota Guadalajara memukuli sejumlah peserta aksi pada Jumat (5/6).
"Hal itu sungguh memalukan bagi saya, amat mengganggu saya, dan sangat melukai saya sebagai seorang asli Jalisco, juga gubernur," kata Alfaro dalam sebuah video yang diunggah di Twitter.
Setelah terjadi bentrokan antara peserta aksi dengan polisi, media lokal melaporkan belasan orang hilang setelah diculik oleh orang-orang bersenjata. Alfaro kemudian memerintahkan pencarian, dan menyebut mereka semua telah ditemukan.
"Kami nyatakan bahwa mereka semua berada di rumah masing-masing. Tidak ada satupun yang menghilang," kata dia.
Sebelumnya, pada 2014, sebanyak 43 guru di wilayah barat daya Meksiko sempat menghilang setelah diculik oleh polisi korup hingga akhirnya diketahui dibunuh secara massal, yang kemudian menimbulkan kemarahan dunia internasional.
Sementara aksi protes pada Jumat itu sendiri dilakukan untuk menuntut keadilan atas kematian Giovanni Lopez di dalam tahanan pada bulan lalu, setelah dia ditahan oleh petugas karena tidak mengenakan masker yang merupakan langkah pencegahan penularan Covid-19.
Sehari sebelumnya, demonstrasi serupa juga berakhir bentrok disertai penangkapan sejumlah peserta oleh polisi. Alfaro menyebut bahwa dia telah memutuskan untuk membebaskan mereka tanpa tuntutan hukum apapun.