Selasa 09 Jun 2020 18:54 WIB

Kerasnya Hamilton Membenci Rasialisme Harus Dimaklumi

Sikap yang disuarakan Hamilton pun mendapat dukungan dari tim Mercedes.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Sejumlah orang berkumpul menyerukan keadilan bagi George Floyd di alun-alun Piazza del Popolo Roma, Ahad (7/6). Orang-orang di seluruh Italia turut memprotes dan mengecam pembunuhan terhadap George Floyd sebagai bentuk menunjukkan solidaritas.
Foto: AP / Andrew Medichini
Sejumlah orang berkumpul menyerukan keadilan bagi George Floyd di alun-alun Piazza del Popolo Roma, Ahad (7/6). Orang-orang di seluruh Italia turut memprotes dan mengecam pembunuhan terhadap George Floyd sebagai bentuk menunjukkan solidaritas.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Pundit Sky Formula Satu (F1) Karun Chandhok mengatakan langkah Lewis Hamilton menggunakan nama besarnya untuk menyuarakan kesetaraan karena di tengah isu diskriminasi ras.

Hamilton, juara F1 enam kali dan satu-satunya pembalap kulit hitam memilih vokal di media sosial terkait gerakan 'Black Lives Matter' untuk mendukung protes yang dilakukan warga Amerika Serikat dan Inggris atas diskriminasi ras. Sebab semasa kecil, Hamilton juga pernah mengalami memori buruk soal ini.

Sikap yang disuarakan Hamilton pun mendapat dukungan dari tim Mercedes. Sementara Chandok, pundit yang juga mantan pembalap F1 asal India mendukung langkah Hamilton.

"Saya pikir kita semua punya hal yang sama untuk menyuarakan hal ini secara publik. Sikap (Hamilton) mengajak rekannya untuk bersikap serupa juga langkah yang tepat," katanya seperti dilansir Sky Sports, Selasa (9/6).

"Saya pernah berbicara dengan beberapa orang yang merasa tidak sadar melakukan tindakan rasisme. Karena itulah Lewis (Hamilton) tidak cukup hanya bersikap antirasis," ujarnya.

"Pembalap yang memiliki banyak pengikut di media sosial harus aktif bersuara meningkatkan perhatian terhadap diskriminasi ras. Lewis merupakan duta yang baik dalam olahraga ini, saya setuju dengan sikapnya," kata dia.

Mantan pembalap F1 lainnya, Martin Brundle juga mendukung sikap Hamilton atas isu rasisme yang belakangan mencuat. Dengan status juara bertahan saat ini, otomatis suara Hamilton akan didengar oleh banyak orang.

"Saya bangga dengannya dan senang atas sikap yang diambil. Saya pernah memeluknya saat dirinya berusia 12 atau 13 tahun dan tidak pernah menyangka dia akan menjadi seperti sekarang," ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اٰمِنُوْا بِاللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْ نَزَّلَ عَلٰى رَسُوْلِهٖ وَالْكِتٰبِ الَّذِيْٓ اَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ ۗوَمَنْ يَّكْفُرْ بِاللّٰهِ وَمَلٰۤىِٕكَتِهٖ وَكُتُبِهٖ وَرُسُلِهٖ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلٰلًا ۢ بَعِيْدًا
Wahai orang-orang yang beriman! Tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya (Muhammad) dan kepada Kitab (Al-Qur'an) yang diturunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. Barangsiapa ingkar kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sungguh, orang itu telah tersesat sangat jauh.

(QS. An-Nisa' ayat 136)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement