REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim mengatakan kualitas pembelajaran daring ditentukan oleh kualitas guru. Karena itu guru harus memiliki minat besar untuk mengajarkan muridnya.
"Yang terpenting guru tersebut melek teknologi dan berani menggunakan tool-tool baru," ujar dia dalam acara halal bihalal Asosiasi Dosen Indonesia (ADI) secara daring di Jakarta, Selasa (9/6).
Dia menambahkan kualitas pembelajaran daring tersebut juga ditentukan seberapa besar minat guru belajar dan memastikan anak didiknya belajar. "Ujung-ujungnya yang menentukan manusia lagi. Kualitas guru. Guru beradaptasi dengan cepat dan benar-benar memikirkan yang terbaik," tambah dia.
Nadiem juga menjelaskan pembelajaran daring di banyak daerah yang awalnya belajar di rumah, tetapi pada kenyataannya tidak belajar di rumah. Hal itu, kata dia, harus dihadapi dengan transparan.
Oleh karena itu, Kemendikbud melakukan sejumlah upaya mulai dari pembelajaran daring berbasis televisi dan radio, pembelajaran daring dengan menggandeng sejumlah platform pembelajaran. Nadiem mengatakan saat ini memang ada pengorbanan yang dilakukan karena tidak bisa menyelenggarakan pembelajaran secara optimal.
Namun, kata dia, pengorbanan tersebut tidak akan sia-sia karena akan bermanfaat bagi proses pembelajaran ke depannya. "Pengorbanan saat ini merupakan adaptasi pembelajaran ke depannya. Kita mengakselerasi itu," kata dia.
Kemendikbud juga melakukan relaksasi kurikulum dengan bertujuan guru dan murid hanya fokus pada esensi. Bukan dengan pada pembelajaran secara keseluruhan.
"Biasanya penyederhanaan kurikulum itu dilakukan selama lima tahun, namun ini hanya tiga bulan saja," kata dia.
Pada Tahun Ajaran 2020/2021, pembelajaran daring tetap dilanjutkan terutama untuk sekolah yang berada di zona kuning dan merah. Namun, untuk sekolah yang berada di zona hijau bisa dilakukan secara tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan.