Rabu 10 Jun 2020 15:43 WIB

Gugas Ungkap Kendala Percepatan Tes Covid-19 ke Jokowi

Gugus Tugas ungkap kendala percepatan tes Covid-19 ke Jokowi.

Rep: Sapto Andika Candra/ Red: Bayu Hermawan
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Gugus Tugas Nasional COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo (tengah) dan Menko PMK Muhadjir Effendy di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020). Presiden mengunjungi Kantor Gugus Tugas Nasional COVID-19 yang berada di BNPB untuk memantau secara langsung penanganan COVID-19 di tanah air.
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Presiden Joko Widodo (kanan) berbincang dengan Ketua Gugus Tugas Nasional COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo (tengah) dan Menko PMK Muhadjir Effendy di Graha Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Jakarta Timur, Rabu (10/6/2020). Presiden mengunjungi Kantor Gugus Tugas Nasional COVID-19 yang berada di BNPB untuk memantau secara langsung penanganan COVID-19 di tanah air.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 'curhat' kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait kendala dalam mempercepat jumlah uji spesimen di lapangan. Seperti diketahui, presiden mematok target uji spesimen Covid-19 agar bisa mencapai 20.000 unit per hari.

Namun kenyataannya, jumlah spesimen terbanyak yang pernah diuji adalah sekitar 14.000 unit. Itu pun, ujar Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito, angkanya masih naik turun dari hari ke hari.

Baca Juga

Wiku mengungkapkan, saat ini terdapat 147 laboratorium rujukan yang memiliki kemampuan melakukan uji spesimen dengan tes cepat molekular atau PCR. Percepatan memang berhasil dilakukan dari kapasitas awal yang hanya kurang dari 1.000 uji spesimen per hari, hingga kini tembus 10.000 sampai 14.000 per hari. Namun, angka target yang dipasang presiden, yakni 20.000 uji spesimen per hari, belum bisa tercapai.

"Karena laboratorium ini berada di bawah kementerian dan lembaga yang beda-beda. Ini adalah disrupsi sistem administrasi kelembagaan kita yang perlu ditingkatkan ke depan dalam rangka deteksi penyakit berbahaya," jelas Wiku saat memberikan paparan kepada Presiden Jokowi, Rabu (10/6).

Menurutnya, kepemilikan yang berbeda-beda ini membuat sinergi dan koordinasi data antar-laboratorium ikut terkendala. Ratusan laboratorium rujukan untuk uji spesimen ini memang tersebar di bawah berbagai instansi, seperti Kementerian Kesehatan, perguruan tinggi, swasta, pemerintah daerah, sampai Balai veteriner di bawah Kementerian Pertanian.

"Tapi semuanya sudah menjadi satu kesatuan data sehingga kemampuan kita untuk melihat hasilnya bisa real time," ujar Wiku.

Untuk mengatasi hal ini, Gugus Tugas pun meluncurkan sistem integrasi berjuluk Bersatu Lawan Covid-19 yang menjadi muara dari semua data dan pelaporan seluruh instansi yang terlibat dalam penanganan Covid-19. Gugus tugas juga menggandeng rumah sakit agar lebih terbuka dan lebih cepat dalam melaporkan data terkait pasien Covid-19.

"Dari 2.902 rumah sakit sampai saat ini sudah 1.647 rumah sakit yang melaporkan datanya secara real time dan jumlah rumah sakit rujukan meningkat terus selama tiga bulan ini. Dan semuanya terhubung dalam satu data kesatuan sehingga terhubung dengan laboratorium dan survailans yang ada," katanya.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement