Rabu 10 Jun 2020 17:01 WIB

Oey Tjeng Hien, Sukarno, Bengkulu, dan Muhammadiyah

Oey Tjeng Hien atau Haji Abdul Karim Oey mendirikan Muhammadiyah di Bintuhan.

Red: Ani Nursalikah
Oey Tjeng Hien, Soekarno, Bengkulu, dan Muhammadiyah. Oey Tjeng Hien (duduk paling kiri) dalam acara penyerahan Bintang Muhammadiyah kepada Soekarno.
Foto: Dok Pusdalit SM
Oey Tjeng Hien, Soekarno, Bengkulu, dan Muhammadiyah. Oey Tjeng Hien (duduk paling kiri) dalam acara penyerahan Bintang Muhammadiyah kepada Soekarno.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Oey Tjeng Hien atau yang lebih dikenal dengan nama Babadek oleh masyarakat Kaur atau Haji Abdul Karim Oey dilahirkan pada 6 Juni 1905, di Padang, Sumatra Barat. Sejak kecil ia diasuh oleh abang dan kakak iparnya. Menginjak dewasa, ia mencoba peruntungannya di Bintuhan (sekarang Kabupaten Kaur).

Di Bintuhan inilah ia mendapatkan hidayah dan memeluk agama Islam. Sebagai seorang pedagang, ia sering pula bertandang ke tanah Jawa dan bertemu dengan A. Hassan, A.M Sangadji, Syekh Ahmad Syurkati, M. Sabirin dan H Zamzam. Dalam autobiografinya, Oey Tjeng Hien mengakui kalau Syekh Ahmad Syurkati dan A.M Sangadji menempati posisi khusus di hatinya. Dari sinilah pemikiran kebangsaan dan rasa nasionalisme Oey mulai terbentuk.

Baca Juga

Setelah masuk Islam, ia privat agama dengan Fikir Daud, seorang tokoh pembaharuan Islam yang berasal dari Minangkabau. Fikir Daud ini dikenal sebagai tokoh Muhammadiyah yang terkenal di kabupaten Kaur. Tak lama kemudian bersama-sama dengan guru privatnya dan beberapa tokoh pembaruan Islam di Bintuhan, ia mendirikan Muhammadiyah.

Oey berdakwah keliling Bintuhan dan Kaur. Muhammadiyah pun semakin berkembang sampai ke daerah terpencil di Kaur itu.