REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator Perekonimian Airlangga Hartanto mendorong emiten dan bursa untuk meningkatkan dana asing yang masuk ke pasar modal. Airlangga melihat banyak dana asing yang mengalir keluar selama pandemi Covid-19 berlangsung.
"Kalau kita lihat dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia, baik itu bonds ataupun equity terjadi capital outflow, jadi keluar semua," kata Airlangga, Kamis (11/6).
Airlangga menilai, saat ini momen yang tepat untuk menarik dana asing masuk kembali ke pasar modal. Pasalnya, sejumlah kebijakan yang dibuat pemerintah untuk menghadapi pandemi ini dapat meningkatkan kepercayaan investor.
Hal tersebut terlihat dari nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang mengalami penguatan beberapa waktu lalu. Demikian juga indeks saham yang sudah mulai naik dan sempat tembus ke posisi 5.000.
"Ini berarti market merespon kebijakan dengan baik. Mudah-mudahan nanti bisa lebih baik lagi," kata Airlangga.
Menanggapi hal tersebut, Ketua Tim Pengkajian Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Gunawan Tjokro, mengatakan keputusan bank sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, untuk menahan suku bunga hingga 2022 akan menjadi peluang yang baik untuk meningkatkan aliran modal asing masuk ke Indonesia.
Menurut Gunawan, keputusan The Fed akan membuat sebagian dana investor masuk ke dalam negeri. "Kita harus mengantisipasi keadaan Amerika yang semrawut, dengan dia punya suntikan pasar yang begitu besar, mudah-mudahan akan membantu pasar modal kita," kata Gunawan.
Sementara itu Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Inarno Djajadi, mengatakan investor lokal memiliki peranan yang besar terhadap penghimpunan dana di pasar modal. Meski aliran modal asing banyak yang keluar selama pandemi, transaksi dan frekuensi investor lokal meningkat setiap harinya.
Dalam beberapa pekan terakhir, Inarno menjelaskan, jumlah transaksi mencapai puncaknya sebanyak 950 ribu kali dalam satu hari. Tidak hanya itu, Inarno mengklaim, jumlah investor lokal juga terus mengalami peningkatan.
"Untuk investor lokal walaupun ada pandemi tetap ada kenaikan dan kenaikannya cukup signifikan sampau saat ini sudah 11 persen," tutup Inarno.