Ahad 14 Jun 2020 12:20 WIB

Penyerangan Masjid Kabul Banjir Kutukan

Serangan itu adalah tindakan terorisme dan tindakan kriminal terhadap jamaah.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Fakhruddin
Orang-orang menyaksikan lokasi ledakan ranjau di pusat kota Kabul, Afghanistan, 12 Juni 2020. Setidaknya empat orang tewas dan 9 lainnya luka-luka setelah bom yang ditanam meledak di dalam sebuah masjid selama salat Jumat di Kabul
Foto: EPA-EFE/JAWAD JALALI
Orang-orang menyaksikan lokasi ledakan ranjau di pusat kota Kabul, Afghanistan, 12 Juni 2020. Setidaknya empat orang tewas dan 9 lainnya luka-luka setelah bom yang ditanam meledak di dalam sebuah masjid selama salat Jumat di Kabul

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Kutukan terus mengalir pasca serangan yang menghancurkan sebuah masjid di Kabul Jumat (12/6) lalu, desakan untuk menghapuskan ancaman terorisme juga terus berdatangan dari berbagai pihak. Ledakan di Masjid Sher Shar Suri, di Karte Char, Kabul tersebut menewaskan empat orang Muslim yang tengah melaksanakan ibadah shalat Jumat.

Serangan tersebut merupakan serangan kedua di Kabul dalam kurun waktu kurang dari dua pekan. Kedua ledakan itu terus menyasar masjid-masjid di Kabul, dan jika diakumulasikan telah menewaskan setidaknya enam orang termasuk imam masjid Mawlawi Azizullah Mofleh dan imam Mawlawi Mohammad Ayaz Niazi. Selain itu, ledakan ini juga melukai lebih dari puluhan orang.

Presiden Ghani dalam sebuah pernyataan, menyebut ledakan itu sebagai serangan teroris brutal. Dia mengatakan, serangan terhadap tempat-tempat suci dan warga sipil, wanita dan anak-anak tidak dapat dibenarkan dalam agama apa pun dan merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan dan terhadap ajaran Islam.

Dr. Abdullah Abdullah, kepala Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional dalam sebuah pernyataan menyebut serangan itu sebagai kejahatan yang tidak dapat dimaafkan. Dia juga menyerukan pasukan Afghanistan untuk memastikan keamanan masjid dan keamanan para ulama di negara itu.

Mantan presiden Hamid Karzai juga mengutuk serangan itu dan mengatakan bahwa ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan dan konspirasi melawan perdamaian dan stabilitas di Afghanistan.

“Kami sangat mengutuk serangan teroris di Masjid Sher Shah Suri di Kabul hari ini. Kami berduka atas nyawa tak berdosa yang hilang dan diingatkan kembali bahwa rakyat Afghanistan layak untuk hidup bebas dari ancaman teror yang terus-menerus,” kata Biro Negara-negara Asia Selatan dan Departemen Luar Negeri AS yang dikutip di Kabul Times, Ahad (14/6).

Kedutaan AS di Kabul mengutuk serangan itu dan mengatakan bahwa teroris tidak akan pernah mengalahkan orang Afghanistan yang datang bersama dalam damai.

"Serangan teroris keji lain terhadap tempat ibadah, membunuh Maulvi Azizullah Mofleh di Kabul's Sher Shah Suri. Belasungkawa kami bagi para korban dan keluarga. Warga sipil bukanlah target. Hentikan pembunuhan itu,” cuit Duta Besar Inggris untuk Afghanistan Alison Blake melalui laman Twitter resminya. 

“Saya sangat mengutuk serangan terhadap masjid Sher Shah Suri. Para pelaku harus diadili. Saat kita menghadapi peluang historis untuk perdamaian, spoiler tidak bisa mengganggu itu. Kami berdiri bersama Afghanistan dalam perang melawan teror,” kata perwakilan Senior Sipil NATO Stefano Pontecorvo.

Duta Besar Kanada di Kabul, Dave Metcalfe, mengatakan, tidak ada yang memiliki hak untuk menyangkal kebebasan beragama atau menargetkan mereka yang mempraktikkan agama mereka di tempat ibadah.

Kedutaan Iran di Kabul mengutuk serangan itu, dengan mengatakan serangan itu adalah tindakan terorisme dan tindakan kriminal terhadap jamaah. Begitu juga Kedutaan Italia di Kabul yang mengutuk serangan itu, dan menyebutnya serangan tercela baru terhadap tempat ibadah.

sumber: https://www.thekabultimes.gov.af/2020/06/14/kabul-mosque-attack-widely-condemned/

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement