Selasa 16 Jun 2020 12:36 WIB

MRT Dorong Pengguna Gunakan QR Code untuk Pembayaran Tiket

Metode pembayaran QR Code belum secara resmi diterbitkan MRT Jakarta

Penumpang menaiki kereta MRT di Stasiun Bunderan HI, Jakarta, Sabtu (6/6/2020). Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) fase transisi, MRT Jakarta kembali beroperasi normal dengan jam operasional pada hari kerja pukul 05.00-21.00 WIB dan akhir pekan pukul 06.00-20.00 WIB serta pembatasan penumpang sebanyak 390 orang per rangkaian.
Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso
Penumpang menaiki kereta MRT di Stasiun Bunderan HI, Jakarta, Sabtu (6/6/2020). Pada masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) fase transisi, MRT Jakarta kembali beroperasi normal dengan jam operasional pada hari kerja pukul 05.00-21.00 WIB dan akhir pekan pukul 06.00-20.00 WIB serta pembatasan penumpang sebanyak 390 orang per rangkaian.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam kondisi saat ini di mana serba was-was terhadap Virus Corona, MRT Jakarta juga mendorong pengguna layanan MRT untuk menggunakan QR Code sebagai metode pembayaran tiket selama PSBB transisi. QR Code sendiri adalah kode matriks atau barcode dua dimensi yang berasal dari kataQuick Response. 

Saat digunakan isi kode dapat diuraikan dengan cepat dan tepat. QR Code dikembangkan oleh Denso Wave, sebuah perusahaan Jepang yang dipublikasikan di tahun 1994. Dibandingkan dengan kode batang biasa, QR Code lebih mudah dibaca oleh pemindai dan mampu menyimpan data baik secara horizontal maupun vertikal.

Baca Juga

Saat ini metode pembayaran non tunai QR Code belum diterbitkan secara resmi oleh MRT Jakarta, namun Direktur Utama MRT Jakarta William Sabandar mendorong metode itu karena dapat menjaga penumpang dan petugas tidak melakukan kontak fisik sesuai anjuran jarak fisik (physical distancing) untuk mengurangi potensi penyebaran COVID-19.

Langkah MRT Jakarta untuk mengurangi kontak fisik antar penumpang dan petugas MRT adalah dengan menghentikan penjualan kartusingle trip yang selama ini cukup banyak digunakan oleh masyarakat.

"Kita tidak membuka lagi penjualan single trip karena untuk mengurangi paparan fisik dan interaksi antara penumpang dan staf kami," ujar William.

Wiliam juga mengatakan pembayaran nontunai juga diharapkan dapat diterapkan di toko-toko ritel dan kegiatan- kegiatan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang tersebar di stasiun-stasiun MRT Jakarta.

Pada kondisi terburuk, bahkan telah disiapkan ruang isolasi khusus guna menanggulangi penumpang sakit dengan dugaan COVID-19. Setidaknya disiapkan di 13 stasiun sepanjang perjalanan MRT.

Apabila ada skenario penumpang lolos dari pemeriksaan suhu badan dan menunjukkan gejala COVID-19, maka akan segera diarahkan di ruang isolasi. Sudah beberapa kali simulasi dijalankan saat menghadapi siaga terburuk. Dengan adanya ruang tersebut, setidaknya memberikan keamanan bagi para pengguna moda transportasi modern tersebut.

Untuk menjaga kepercayaan penumpang terkait keamanan dan kebersihan di lingkungan MRT Jakarta, William mengatakan ada protokol khusus bernama Protokol Bangkit selama layanan angkutan umum itu beroperasi berjalan beriringan dengan era normal baru.

"Bangkit itu akronim. Bersih, Aman, Nyaman, Go Green, Kolaborasi, Inovasi dan Tata Kelola yang baik. Kenapa bersih diutamakan? Karena baik penumpang maupun kereta harus dijaga kebersihannya seperti hand sanitizer ada di seluruh stasiun, kereta pun kita disemprot disinfektan tiga kali sehari," kata William.

Bahkan untuk mendukung berjalannya protokol kesehatan yang sudah berjalan, MRT Jakarta, tambahnya menyediakan alat pemantau suhu tubuh berupa thermal scanner yang saat ini sudah ada di lima stasiun dan nantinya akan tersebar di seluruh stasiun MRT lainnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement