REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Pemkab Sleman, DIY, mengadakan skrinning Covid-19 ke tenaga kesehatan puskesmas. Kegiatan dilaksanakan di Puskesmas Mlati II Sleman.
Skrinning dilakukan menggunakan alat RDT yang dibuat sendiri UGM, dan diberi nama Republik Indonesia Gajah Madha Hepatika Airlangga (RI GHA). Dekan FKKMK UGM, Prof Ova Emilia mengatakan, alat RDT RI GHA sendiri berbasis antibodi.
Alat berhasil dibuat berkat kolaborasi UGM dengan Universitas Airlangga dan Laboratorium Hepatika Mataram. Didukung Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi dan Kementerian Ristek atau Badan Riset dan Inovasi Nasional.
Ova berpendapat, semakin berkembangnya kasus Covid-19 di Indonesia umumnya, dan di DIY khususnya, membuat masyarakat semakin takut mengakses pelayanan kesehatan. Karenanya, Ova menekankan, situasi ini perlu segera disikapi.
"Kerena dari pengalaman wabah di dunia masalah utama yang dipikul pelayanan kesehatan meningkatnya masalah kesehatan, akibatnya banyak masalah-masalah kesehatan yang tidak tedangani dengan baik," kata Ova, Kamis (18/6).
Ia berharap, dengan alat tes itu fasilitas pelayanan kesehatan bisa terbebas dari stigma dan memastikan keamanan pelayanan bagi masyarakat umum. Lalu, di fasilitas layanan kesehatan diharap tidak ada pasien terlambat ditangani.
Keunggulan alat ini sendiri cepat, hasil dapat dibaca 15 menit, spesiflk, mudah digunakan, dan biaya produksinya terjangkau. Dalam jangka panjang, RI-GHA Covid-19 memang akan direncanakan untuk dapat diproduksi secara massal.
"Sehingga, dapat mendukung pemantauan perkembangan Covid-19 di Indonesia seperti untuk upaya contact tracing dan surveilans," ujar Ova.
Bupati Sleman, Sri Purnomo, mengapresiasi inovasi yang dilakukan UGM dalam membuat alat RDT RI-GHA tersebut. Ia menilai, itu merupakan bentuk usaha sinergitas dari banyak pihak untuk bersama-sama melawan wabah tersebut.
Terlebih, Kabupaten Sleman merupakan wadah bermukimnya ribuan mahasiswa. Dengan alat tes RI-GHA tersebut, tentu akan meyakinkan dan memberikan rasa aman kepada masyarakat jika Kabupaten Sleman siap menyambut kenormalan baru.
"Berharap alat tes tersebut dapat diproduksi secara massal agar seluruh masyarakat dapat melakukan tes RDT, sehingga upaya tracing lebih maksimal," kata Sri.
Skrining atau deteksi cepat itu akan dilakukan di 25 puskesmas dan 76 dusun di Kabupaten Sleman. Di Puskesmas Mlati II sendiri, ada 81 tenaga kesehatan yang mengikuti tes RDT.
"Adapun tes massal kepada tenaga kesehatan di Kabupaten Sleman serentak akan dilaksanakan pada 22-23 Juni 2020 dengan target sebanyak 1.500 orang nakes," ujarnya.