Ahad 21 Jun 2020 00:10 WIB

Surabaya Lacak 22 Dokter PPDS yang Diduga Terpapar Covid-19

Gugus Tugas masih menunggu data 22 dokter PPDS yang diduga terpapar Covid-19.

Red: Reiny Dwinanda
Petugas kesehatan mengenakan APD melintas di dekat mobil laboratorium Covid-19 saat tes diagnostik cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di kawasan Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (17/6/2020). Surabaya melacak 22 dokter peserta PPDS yang diduga terpapar Covid-19.
Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO
Petugas kesehatan mengenakan APD melintas di dekat mobil laboratorium Covid-19 saat tes diagnostik cepat (Rapid Test) COVID-19 massal di kawasan Mulyorejo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (17/6/2020). Surabaya melacak 22 dokter peserta PPDS yang diduga terpapar Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kota Surabaya melacak 22 dokter peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) yang diduga terpapar virus corona tipe baru yang menyebabkan penyakit Covid-19. Mereka disinyalir tertular saat menjalani PPDS di RSUD Dr Soetomo, Kota Surabaya, Jatim.

Koordinator Bidang Pencegahan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Surabaya Febria Rachmanita di Surabaya, Sabtu, mengatakan setelah mendapat informasi itu pihaknya langsung mendatangi RSUD dr Soetomo untuk berkoordinasi dan memastikan hal tersebut. Pelacakan pun telah dilakukan.

Baca Juga

"Tadi ke RSUD dr. Soetomo untuk melakukan pelacakan eksternal," kata Feny, sapaan akrab Febria.

Berdasarkan keterangan pihak rumah sakit, menurut Feny, mereka sudah melakukan pelacakan secara internal. Namun, untuk pelacakan eksternal pihak rumah sakit meminta bantuan kepada Pemkot Surabaya.

Meski begitu, Feny menyatakan bahwa pihaknya masih menunggu data-data pendukung dari pihak manajemen rumah sakit untuk kebutuhan pelacakan. Hingga kini, data yang dimaksud belum tersedia.

"Kami masih menunggu datanya. Setelah pertemuan tadi, besok kami akan bersurat kalau misalnya datanya belum ada," ujar Feny yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya.

Feny menilai jika pelacakan eksternal tidak segera dilakukan, kondisi itu dapat berbahaya bagi masyarakat. Sebab, mereka yang diduga terpapar Civid-19 tersebut sebelumnya tidak diketahui bertemu dengan siapa saja dan dari mana saja.

"Karena kalau tidak dapat data, tidak melakukan tracing, maka di masyarakat itulah nanti yang berbahaya. Karena kalau kita tracing, harus diputus mata rantai Covid-19 dan harus ada tindak lanjut terhadap orang terdekat, kontak erat," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement