REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Imam Syafi'i adalah pendiri mazhab Syafi'i yakni mazhab fikih dalam suni yang sangat banyak pengikutnya. Imam Syafi'i merupakan satu-satunya imam mazhab dari keturunan Quraisy yang nasabnya tersambung kepada Rasulullah SAW melalui 'Abdul Manaf.
Ustadz Teuku Khairul Fazli dalam buku Ushul Fiqih Mazhab Syafi'i yang diterbitkan Rumah Fiqih Publishing menjelaskan kisah singkat perjalanan Imam Syafi'i dalam menuntut ilmu. Nama lengkap Imam Syafi'i adalah Muhammad bin Idris bin 'Abbas bin 'Usman bin Syaafi' bin Saaib bin 'Ubaid bin 'Abdu Yazid bin Haasyim bin 'Abdul Mutthalib bin 'Abdul Manaf. Beliau memulai perjalanan menuntut ilmunya dengan belajar membaca, menulis, dan menghafal Alquran.
Sehingga pada usia tujuh tahun, Imam Syafi'i telah menyelesaikan hafalan Alquran dengan lancar. Setelah menyelesaikan hafalan Alquran, beliau melanjutkan dengan menghafal berbagai macam syair-syair Arab dan kitab al-Muwattha' yang ditulis oleh Imam Malik.
"Aku menyelesaikan hafalan Alquran pada usia tujuh tahun dan menyelesaikan hafalan kitab al-Muwattha' pada usia 10 tahun," kata Imam Syafi'i.
Ketika berada di Makkah, beliau berguru kepada Sufian bin 'Uyainah, salah seorang ahli hadist di Makkah. Beliau juga seorang pembesar Tabi'u Tabi'in yang wafat pada 198 H. Imam Syafi'i mengatakan, kalau bukan karena Malik dan Sufian, maka akan hilanglah ilmu Hijaz.
Imam Syafi'i juga berguru kepada Muslim bin Khalid al-Zanji, salah seorang ahli fikih di Makkah. Beliau juga merupakan pembesar Tabi'u Tabi'in yang wafat pada 179 H.
Pada 163 H, Imam Syafi'i berangkat ke Madinah Munawwarah untuk berguru kepada Imam Malik. Beliau merupakan salah seorang ulama ahli hadist sekaligus pakar fikih di Madinah yang wafat pada 179 H. Pada saat itu Imam Syafi'i berumur 13 tahun. Imam Syafi'i tidak meninggalkan kota Madinah kecuali setelah wafatnya Imam Malik. Ketika berumur 15 tahun, beliau mendapat rekomendasi dari gurunya Muslim bin Khalid untuk memberikan fatwa dalam masalah agama.