Kamis 25 Jun 2020 22:58 WIB

Ini Kunci Rendahnya Tingkat Penularan Covid-19 di NTT

Jubir GTPP NTT menyebut kunci rendahnya Covid-19 adalah kesadaran masyarakat

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Petugas dengan bermasker dan berpelindung wajah melayani pembeli yang melakukan transaksi pembayaran di kasir di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kupang, NTT, Selasa (9/6/2020). Sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Kupang kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dalam rangka menyambut tatanan normal baru di daerah itu
Foto: Antara/Kornelis Kaha
Petugas dengan bermasker dan berpelindung wajah melayani pembeli yang melakukan transaksi pembayaran di kasir di salah satu pusat perbelanjaan di Kota Kupang, NTT, Selasa (9/6/2020). Sejumlah pusat perbelanjaan di Kota Kupang kembali dibuka dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19 dalam rangka menyambut tatanan normal baru di daerah itu

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tingkat penyebaran virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) di berbagai negara begitu tinggi, termasuk di Indonesia. Namun, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berhasil menempatkan diri di Zona Risiko Rendah penyebaran virus corona SARS-CoV2 (Covid-19). 

Bahkan data nasional COVID-19 per 24 Juni 2020 menunjukan NTT masih memiliki nol kasus positif COVID-19 selama beberapa hari. Juru Bicara Gugus Tugas COVID-19 NTT Jelamu Ardu Marius menjelaskan bahwa kunci dari keberhasilan berjalannya protokol kesehatan di NTT adalah kesadaran masyarakat itu sendiri.

Hal ini juga didukung dengan pengontrolan oleh para Bupati dan perangkat daerah terhadap arus orang antar wilayah. "Bahkan tidak hanya kontrol oleh Bupati, tetapi ketua RT dan warga pun sangat kuat mengontrol keluar-masuknya orang," ujarnya pada konferensi pers melalui ruang digital di Media Center Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Jakarta, pada Kamis (25/6).

Selain itu, dia menambahkan, strategi yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi NTT untuk mengajak masyarakat mematuhi protokol kesehatan adalah melakukan sosialisasi secara rutin di berbagai medai massa, baik media konvensional maupun media baru. Marius menyampaikan bahwa pandemi Covid-19 juga memberikan dampak sosial dan ekonomi bagi masyakat NTT. Namun, selama pandemi ini justru sangat terlihat solidaritas masyarakat dengan berbagi sembako, masker serta alat pelindung diri (APD).

"Kami memberikan apresiasi kepada masyarakat dan semua asosiasi, tidak hanya di dalam NTT tapi juga dari luar NTT, yang juga menyebarkan virus-virus kemanusiaan," katanya.

Marius juga menceritakan sejak kasus COVID-19 muncul di Indonesia, Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat segera membentuk tim gugus tugas percepatan penanganan Covid-19 meskipun belum terdapat kasus di provinsi tersebut. Gubernur NTT juga menginstruksikan semua aparatur sipil negara untuk tidak melakukan perjalanan ke luar daerah.

Oleh karena itu, NTT menjadi satu dari sedikit provinsi di Indonesia yang tidak memiliki kasus COVID-19 selama kurang lebih tiga minggu sejak penyebarannya di Indonesia. Marius menambahkan kasus pertama di NTT ditemukan akhir April 2020. 

"Kasus itu pun merupakan imported case," ujarnya. Imported case merupakan kasus positif Covid-19 yang didapatkan dari luar daerah. Sehingga pada konteks ini adalah kasus pada orang yang telah melakukan perjalanan ke luar daerah dan kembali ke Kupang, NTT.

Kemudian setelah itu terjadi pula kasus transmisi lokal, yaitu penyebaran antar masyarakat setempat, yang mana semuanya kini sudah tertangani. Marius juga menyampaikan persentase kesembuhan pasien Covid-19 di NTT yang hampir mencapai 80 persen.

Pada awal bulan Mei 2020, jumlah kasus positif Covid-19 di NTT mulai meningkat. Namun kemudian jumlahnya terus berfluktuasi atau turun-naik."Sampai dengan saat ini, pemeriksaan lab (menunjukkan hasil) negatif, bahkan ada lebih dari lima hari (hasilnya) negatif," katanya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement